-->

Minggu, 23 September 2012

6 Orang Indonesia Yang Sukses Tanpa Ijazah

author photo
Siapa bilang sukses perlu pendidikan yg tinggi, ini contoh 11 orang Indonesia yg sukses tanpa ijazah:

1. Andy F. Noya




Andy Flores Noya adalah seorang wartawan dan presenter terkenal acara Kick Andy, sebuah acara yang edukatif karena acara ini memberikan banyak inspirasi kepada para penontonnya. Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 November 1960. Andy F. Noya selama ini lebih dikenal sebagai wartawan cetak. Lebih dari lima belas tahun dia bergumul dengan dunia jurnalistik untuk media cetak.
Biografi Andy F. Noya dari Biografi Web
Pertama kali terjun sebagai reporter ketika pada 1985 Andy membantu majalah TEMPO untuk penerbitan buku Apa dan Siapa Orang Indonesia. Saat itu pemuda berdarah Ambon, Jawa, dan Belanda ini masih kuliah di Sekolah Tinggi Publisitik (STP) Jakarta.
Pada saat harian ekonomi Bisnis Indonesia hendak terbit (1985), Andy diajak bergabung oleh Lukman Setiawan, pimpinan di Grafitipers, salah satu anak usaha TEMPO. Maka Andy tercatat sebagai 19 reporter pertama di harian itu. Baru dua tahun di Bisnis Indonesia, Andy diajak oleh Fikri Jufri wartawan senior TEMPO untuk memperkuat majalah MATRA yang baru diterbitkan oleh TEMPO. Andy tertarik lalu bergabung.
MATRA agaknya bukan pelabuhan terakhirnya. Pada 1992 datang tawaran dari Surya Paloh, pemilik suratkabar Prioritas yang waktu itu dibreidel, untuk bergabung dengan koran Media Indonesia yang mereka kelola. Maka sejak itulah Andy kembali ke suratkabar.
Pada 1999, RCTI menghadapi masalah. Terjadi gejolak dikalangan wartawan program berita Seputar Indonesia berkaitan dengan adanya ketentuan yang mengharuskan PT Sindo, anak usaha RCTI yang menaungi Seputar Indonesia, untuk bergabung dengan RCTI sebagai induk. Bersama wartawan senior DjafarAssegaff, Andy diutus untuk membantu. Tugas utama adalah memimpin Seputar Indonesia sekaligus memuluskan proses transisi ke RCTI.
Pada tahun 2000, Metro TV mendapat izin siaran. Surya Paloh memanggil Andy kembali untuk memimpin Metro TV sebagai pemimpin redaksi. Tiga tahun kemudian (2003) Andy ditarik kembali ke Media Indonesia dan menjadi pemimpin redaksi di surat kabar umum terbesar kedua itu.
Memasuki tahun 2006, saat pemimpin redaksi Metro TV Don Bosco mengundurkan diri, Andy Noya, yang kini menjadi wakil pemimpin umum di Media Indonesia, diminta merangkap menjadi pemimpin redaksi Metro TV menggantikan Don Bosco.
Dalam perjalanan kariernya Andy pernah menjadi host program Jakarta Round Up kemudian Jakarta First Channel di Radio Trijaya selama lima tahun (1994 sd 1999).
Sewaktu mahasiswa lelaki yang gemar renang dan baca ini rajin menulis di berbagai majalah dan suratkabar. Terutama cerpen dan puisi. Dia juga aktif mengirim karikatur dan kartun ke berbagai media nasional.
Satu hal yang menarik, Andy sebenarnya adalah orang teknik. Sejak lulus SD Sang Timur di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini sekolah di Sekolah Teknik Jayapura lalu melanjutkan ke STM Jayapura. “Tetapi sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidup saya,’’ tutur Andy.
Maka, setamat STM 6 Jakarta, Andy melamar masuk ke Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang IISIP, Lenteng Agung) dan Andy menikmati pekerjaannya sebagai jurnalis.
Andy F. Noya saat ini menjadi pembawa acara terpopuler Kick Andy yang ditayangkan di Metro TV. Acara ini selalu menjadi sorotan publik dan disukai banyak orang karena banyak memberikan edukasi dan fakta.


PimRed Metro TV ini belum lulus sarjana… Satu hal yang menarik, Andy sebenarnya adalah orang teknik. Sejak lulus SD Sang Timur di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini sekolah di Sekolah Teknik Jayapura lalu melanjutkan ke STM Jayapura.
“Tetapi sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidup saya,” tutur Andy.

2. Adam Malik



Adam Malik lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917. Beliau hanya menempuh pendidikan SD, selanjutnya ia belajar otodidak (belajar sendiri) Adam Malik yang menggantikan Sri Sultan adalah politikus sangat terkenal dengan idiom politiknya yang khas, "bisa diatur." Adam Malik bukan cuma politikus ulung, tapi juga diplomat dan wartawan. Beliau merupakan salah seorang penandatangan deklarasi berdirinya ASEAN tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok (Thailand). Ketika menjadi Ketua MPR/DPR walaupun hanya enam bulan (Oktober1977-Maret 1978), ia telah mengubah citra DPR sehingga rakyat mau mengadu ke DPR.

Beliau mendapat penghargaan karena jasa-jasanya yang luar biasa dan tindak kepahlawanannya dalam perjuangan melawan penjajah dan mempertahankan prinsip kemerdekaan serta membangun negara dan bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya dalam membawakan politik luar negeri bebas aktif serta memperjuangkan integrasi Timor Timur, pembebasan Irian Barat dan merumuskan ASEAN.

Sebagian jabatan dan kegiatan yang pernah diembannya adalah :

* Ketua III KNIP (1945-1947)
* Mendirikan Partai Rakyat (1946)
* Aktif dalam Partai Murba (1946-1948)
* Anggota Parlemen (1956)
* Anggota DPA (1959)
* Duta besar di Unisovyet dan Polandia (1959)
* Wakil Perdana Menteri II/Menlu ad interim dan Menlu RI (1966-1977)
* Wakil Presiden RI (1973-1978) 

Beliau meninggal dunia di Bandung pada 5 September 1984. 


3. M. H. Ainun Najib




Emha Ainun Nadjib hanya tiga bulan kuliah, Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Selebihnya Beliau jadi pengembara ilmu di luar sekolah hingga dia bisa jadi manusia dengan bermacam sebutan (multifungsi). 

4. Abdullah Gymnastiar




kiai yang kmarin2 ini santer dengan kasus poligaminya,ternyata sukses menjadi kiai dan wirausahawan (pengusah besar) tanpa ijazah. Walaupun sudah lulus, tapi dikabarkan sampai saat ini blm mengambil ijazahnya.

5. Ajip Rosidi




Dia menolak ikut ujian akhir SMA karena waktu itu beredar kabar bocornya soal-soal ujian. Dia berkesimpulan bahwa banyak orang menggantungkan hidupnya kepada ijazah. “Saya tidak jadi ikut ujian, karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa ijazah”. Dan itu dibuktikan dengan terus menulis, membaca dan menabung buku sampai ribuan jumlahnya. Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar tamu di Jepang, Dia yang tidak punya ijazah SMA , pada usia 29 th diangkat sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Univ. Padjadjaran. Lalu jadi Direktur Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi Pusat, Ketua DKJ dan akhirnya pada usia 43 tahun menjadi profesor tamu di Jepang sampai pensiun.
Berikut Sejarah Pendidikan Beliau :

* Sekolah Rakyat 6 tah di Jatiwangi (1950)
* Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953)
* Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956, tidak tamat)


6. Purdi E Chandra



Sosok Purdi E. Chandra kini dikenal sebagai pengusaha yang sukses. Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan masuk MURI lantaran memiliki 181 cabang di 96 kota besar di Indonesia dengan 100 rb siswa tiap th.

Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.

Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa2 dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita2 dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.

Kini kabarnya sekarang sudah ada lebih dari 500 cabang Primagama di seluruh Indonesia. 

Tambahan :
Hendy Setiono




Hendy Setiono (kebab Baba Rafi) mengawali usaha tahun 2003 di Surabaya. Modalnya hanya Rp 10 jt atau sebuah gerobak burger. Kini bisnisnya berkembang pesat dengan menu makanan utama kebab serta santapan ala koboi (burger serta hotdog). Jumlah cabangnya setiap tahun terus bertambah. Terakhir, terdapat 140 outlet tersebar di 25 kota, antara lain Batam, Bali, Bandung, Banjarmasin, Malang, Gresik, Jember, Kediri, Lampung, Padang, Malang, Makasar, Medan, Pasuruan, Pekan Baru, Karawang, Surabaya, Sukabumi, Semarang, Sidoarjo, Tasikmalaya, Jogjakarta, dan Jakarta.

Buya Hamka




HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Ia adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara.
Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 th, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo. 

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post