Jins belel, jaket kulit warna hitam, dan rambut poni. Musik minimalis: cukup tiga chord; tanpa solo gitar. Sekali gebrak, “one, two, three, four”: lagu mengisi panggung. Dalam waktu tak lebih dari 30 menit, Ramones menyuguhkan tak kurang dari 20 lagu. Siapa menyangka kisah empat anak muda pengusung rock n` roll yang enerjik—belakangan disebut pelopor Punk Rock–ini mampu mempengaruhi perjalanan banyak grup musik sepanjang masa. Termasuk, grup-grup besar di zaman sekarang, seperti Metallica, Red Hot Chilli Peppers, Greenday, dan Offsfrings. Bahkan, empat kelompok musik yang disebut terakhir ini ikut ambil bagian dalam proyek Tribute to Ramones, sebuah album yang dipersembahkan buat mengenang The Ramones dan bertajuk “We`re a Happy Family”–diambil dari sebuah judul lagu Ramones. “We`re a Happy Family” dirilis Februari 2003.
Jeffrey Hymann alias Joey Ramone (vokalis Ramones, 19 Mei 1951-15 April 2001) mungkin tak akan pernah menyangka tatkala menyaksikan musik yang diusungnya dulu, kelak menjadi sebuah genre tersendiri yang identik dengan sebuah subkultur: punk rock. Padahal, saat itu, keempat pemuda di Ramones (Joey, Johnny, Dee Dee, dan Marky), cuma kepingin main musik yang mereka klaim sebagai “lain dari yang lain”. Seperti dikatakan Joey Ramone pada 1974, “Kami tak mendapat apa-apa dalam musik saat ini. Kami bosan menjadi Led Zeppelin atau The Stones (Rolling Stones)”. Dan, Ramones pun memainkan musik yang mereka inginkan; yang serba minimalis hingga seorang pengamat musik di AS menilai, musik Ramones sangat tak beradab dengan vokal yang konyol, lirik pendek yang diulang-ulang, serta suara gitar yang meraung-raung persis suara gergaji mesin.
Namun begitu, buat menjadi sebuah pionir dalam genre punk rock, Ramones tak serta merta menjadi “Ramones”.
Joey Ramone bocah New York asli yang lahir dan tumbuh menjadi pria jangkung di kawasan Forest Hills, New York, Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara dalam film dokumenter “Lifestyle Ramones”, ibu Joey menyebut Jeffrey kecil—nama asli Joey—sebagai bocah penurut dan sangat lucu. Tommy Erdelyi (Tommy Ramone) dikenal sebagai penggemar berat The Beatles yang lahir di Budapest, 29 Januari 1952 dan besar di Queens, New York. John Cummings (Johnny Ramone) lahir 8 Oktober 1951 sedangkan Douglas Colvin (Dee Dee Ramone) lahir 18 September 1952 di Fort Lee, Virginia, dan sempat tinggal di Berlin, Jerman.
Keempat anak muda ini bertemu pertama kali saat masuk Forest Hills High School pada September 1966. Musik menyatukan mereka dan akhirnya sepakat membentuk sebuah band bernama The Ramones. Nama ini dipinjam dari Paul Ramon, nama samaran Paul McCartney, pemetik bass The Beatles, saat dia solo.
Saat itu, Jeffrey ingin namanya diganti menjadi sesuatu yang lain dan terkesan keren (cool) atau bahasa anak sekarang “gue banget”. Mereka pun sepakat memakai nama panggilan. Jeffrey menjadi Joey, Douglas menjadi Dee Dee, dan John menjadi Johnny. Cuma Tommy yang tetap Tommy. Semua memakai nama Ramone di belakang nama panggilan masing-masing.
Pada formasi awal, Joey di posisi drum, Johnny main gitar, Dee Dee sebagai vokalis, dan seorang bernama Ritchie Ramone yang diminta untuk bermain bass. Namun Ritchie tak bertahan lama lantaran harus masuk rumah sakit jiwa. Dee Dee menggantikan posisi Ritchie dengan bermain bass. Saat itu, Tommy menjadi manajer Ramones. Lagu pertama yang ditulis Joey cs adalah “I Don’t Wanna be Loved” yang segera mengawali trend lagu-lagu Ramones yang banyak berawal dengan kata “I Wanna..” atau “I Don`t Wanna..” Semisal “I Wanna Be Sedated” atau “I Don`t Want To Live This Life” dan “I Don`t Wanna Grow Up”.
Ramones unjuk gigi pertama kali di Performance Studio di East 23rd Street , NY, 30 Maret 1974 yang disaksikan 30 orang. Pada Juli 1974, Tommy mengambil posisi drum sehingga Joey bisa konsentrasi pada vocal. Ramones mulai menyita perhatian publik saat mereka tampil di Max’s Kansa City dan CBGB (Country Bluegrass and Blues)—sebuah klub yang setelah Ramones pentas di sana dinobatkan sebagai klub musik underground pertama di AS. Ramones main di CBGB pada 16-17 Agustus 1974 sebagai grup pembuka Blondie. Sejak itu pula punk rock merajalela di New York. Penampilan Ramones dinanti-nanti para punkers (sebutan untuk anak punk).
Konser besar pertama Ramones berlangsung Juni 1975 saat mereka sepanggung bersama Johnny Winter di Palace Theatre di Waterbury. Dan atas usaha Bizarre yang pernah mengorbitkan Iggy Pop dan Television, album pertama Ramones keluar pada April 1976 lewat label Seymour Stein’s Sire. Album pertama Ramones yang juga bertitel Ramones diselesaikan dengan waktu kurang dari dua pekan dengan biaya cuma $ 6.400. Sebuah era baru dimulai. “Heyho Let`s Go”, lirik dalam “Blizkrieg Bop”, salah satu lagu di album pertama Ramones menjadi yel-yel para punkers hingga kini Begitu juga “Gabba Gabba Hey”. Marky Ramone masuk menggantikan Tommy sebagai penggebuk drum.
Lirik lagu-lagu Ramones banyak menceritakan situasi sosial saat itu, seperti 53rd and 3rd atau tentang kenakalan remaja, semisal “Rock N` Roll High School” atau “Sheena Is A Punk Rocker”.
Dalam History of Punk Rock ditulis bahwa banyak band-band sebelum Ramones, seperti Iggy and The Stooges, MC5, Richard Hell dan The Voidoids menampilkan beberapa aspek dari punk, tetapi tak ada band yang mengkombinasikan semua unsur dalam punk hingga Ramones menyatukannya tahun 1975. Ramones memang mengisi setiap lagu dengan sedikit nada yang ditimpali frase pendek yang diulang-ulang, gitar yang berisik dengan melodi yang nyaris tidak ada dan berkutat pada three magic chord. Durasi setiap lagu rata-rata cuma dua menit.
Banyak yang suka, tapi tak sedikit pula yang geleng-geleng kepala. Bahkan, saat itu tak ada satu pun major labels yang mau menerbitkan lagu-lagu Ramones. Danny Field dari A&M Record mengaku merasa jijik dan segera pergi meski baru mendengarkan setengah dari lagu Ramones. Dia mengaku sama sekali tidak tertarik dengan musik punk dan menyebutnya sebagai sebuah onggokan besar omong kosong yang tak seorang pun ingin mendekat.
Ramones tak kecil hati. Lagu-lagu mereka tetap dinanti. Konser-konser mereka juga selalu padat, meski hanya digelar dalam sebuah klub malam. Bahkan, dalam sebuah penampilan di Jerman pada 1976, para anak muda setempat nekat berdiri di setiap celah yang kosong di antara empat bangku plus satu meja yang memang disediakan panitia untuk para penonton Ramones.
Pada 4 Juli 1976, Ramones menggebrak public London, Inggris, yang juga ditonton personel Sex Pistols, The Clash, The Damned, Generatiion X, serta Siouxsie and the Banshees. Merekalah cikal bakal punk di Inggris yang meledak setahun kemudian. Bahkan, musik Sex Pistols disebut banyak pengamat musik sebagai lebih tidak beradab dan lebih kasar daripada Ramones. Konser di London’s Roundhouse itu pula yang menjadi salah satu aksi Ramones dengan jumlah penonton sepulub kali lipat dari yang seharusnya ada di tempat itu.
Single kedua Ramones yang berjudul “I Wanna Be Your Boyfriend” diterbitkan pada Oktober 1976 disusul album kedua yang bertajuk “Ramones Leave Home”. Album selanjutnya keluar nyaris dengan beda waktu sekitar setahun, yaitu “Rocket to Russia”, “Road to Ruin”, “It`s Alive”, “End of The Century”, “Pleasent Dream”, “Subterranean Jungle”, “Too Tough to Die”, “Animal Boy”, “Halfway to Sanity”, serta “Ramones Mania”. Hits demi hits diciptakan Ramones mengiringi album demi album yang terbit, seperti “Sheena Is A Punk Rocker”, “Cretin` Hop”, “Pinhead”, “Now I Wanna Sniff Some Glue”, “Do You Remember Rock `n Roll Radio?”, “53rd and 3rd”, “Rockaway Beach”, dan “Psychoterapy”.
Ramones terus menancapkan pengaruh di jagat musik rock. James Hetfield dan Lars Ulrich, masing-masing guitar-vokal dan penggebuk drum Metallica mengakuinya. Metallica tak akan pernah ada seandainya Hetfield dan Ulrich tak menonton aksi Ramones pada pertengahan 1980-an. Saat itu, Hetfield terkesima dengan ulah Joey Cs yang tak henti-henti bernyanyi dengan jeda antara lagu demi lagu yang nyaris tidak ada—hanya diselingi komando Dee Dee yang berteriak “One, two, three, four”. Hetfield pun mengutarakan niatnya ingin membentuk sebuah grup rock yang enerjik seperti Ramones. Alih-alih kayak Ramones, justru Metallica tetap dengan gaya sendiri yang mereka sebut heavy metal.
Penggemar Ramones memang bukan cuma musisi. Penulis novel misteri Stephen Kings juga menjadi salah satu fans Joey Cs. Bahkan, Kings dikabarkan menyumbangkan tulisan khusus untuk Ramones di album “Tribute to Ramones”. Salah satu karya Kings yang difilmkan juga pernah diisi soundtrack lagu Ramones yang berjudul “Pet Semetary”.
Album selanjutnya yang dikeluarkan Ramones, berturut-turut adalah “Brain Drain”, “All The Stuff and More” (1 dan 2), “Loco Live”, “Mondo Bizarro”, “Acid Eaters”, dan “Adios Amigos”. Dee Dee sudah tak bersama Ramones saat “Mondo Bizarro” dikerjakan. Dia digantikan C.J. Ramone. Dee Dee keluar karena ingin menjadi penyanyi rap dengan nama Dee Dee King. Dee Dee lalu membentuk sebuah grup bernama Chinese Dragon dan sempat menelurkan album sendiri. Adios Amigos menjadi album terakhir Ramones yang diklaim Joey Cs sekaligus sebagai album perpisahan. Setelah itu, Ramones membubarkan diri pada 1996. Joey solo dan sempat mengeluarkan album berjudul “Don’t Worry About Me”.
Majalah musik, Spin, belum lama ini merilis daftar 50 grup musik terbesar. Dan Ramones menduduki posisi kedua, setelah The Beatles di posisi pertama dan sebelum Led Zeppelin yang berada di tempat ketiga. Pilihan Spin memang masih bisa diperdebatkan. Namun, menurut para redakturmya, urutan 50 grup musik terbesar itu dibuat didasarkan bahwa “Kelompok-kelompok tersebut harus memiliki lagu yang berada di puncak tangga lagu-lagu, aura yang mengubah sejarah, gaya rambut, serta mempengaruhi musik saat ini”. Ramones tak bisa disangsikan, menurut redaktur Spin, memang mampu memenuhi kualifikasi tersebut. Lagu-lagu Ramones kerap masuk tangga lagu di AS dan Inggris. Bahkan, Ramones dinobatkan sebagai grup punk pertama yang menorehkan sejumlah lagu hitsnya di tangga lagu top dunia. Di antara lagu yang tenar adalah “Sheena Is A Punk Rocker”.
Pada 15 April 2001 jam 14.20 waktu AS, Joey Ramone meninggal dunia di Rumah Sakit Presbyterian New York setelah berjuang keras melawan kanker limpa. Publik rock, khususnya punk berduka. Malamnya, di tengah konser U2 di Rose Garden, Portland, Oregon, vokalis U2, Bono, berbicara sejenak kepada para penonton. Dia mengatakan betapa Joey dan The Ramones telah mengubah U2 dan hidupnya sendiri melalui pesan-pesan dalam lagu Ramones yang kerap membuat jantungnya berdegup.
“Saya katakan, `Saya ingin berbicara dengan kalian tentang Joey Ramone…, dan seluruh penonton berdiri bergemuruh,” kata Bono sambil mengingat betapa terpananya dia waktu itu. Kepada penonton di Oregon, dia juga menceritakan bagaimana Ramones membuat Bono Cs membentuk sebuah band. Setelah itu, Bono menyanyikan karya emas Joey, “I Remember You” dari album Ramones, “Leave Home” (1977). “Yang mengejutkan adalah penonton menyanyikan lagu itu dengan seksama. Kemudian saya katakan bahwa Joey meninggal hari itu,” kata Bono, seperti dikutip dari Majalah Rollingstone yang menanyakannya perihal Ramones. Di CBGB, penggemar Ramones berkumpul dan menyalakan lilin untuk Joey serta menaruh karangan bunga di depan klub para punkers itu.
Dee Dee Ramone juga meninggal dunia di rumahnya di Los Angeles, California, AS, 5 Juni 2002, saat dia berusia 49. Hasil otopsi Los Angeles County Coroner`s Office menyebutkan, Dee Dee tewas karena overdosis obat-obatan terlarang.
Ramones memang meninggalkan cukup kesan di hati banyak orang dengan musik dua menitnya. Wajar kiranya Metallica, U2, Eddie Vedder, bahkan Stephen Kings merelakan waktunya untuk menggarap sebuah album yang dipersembahkan buat Ramones. Majalah Rollingstone dalam edisi April 2004 juga memasukkan Ramones sebagai satu dari 50 grup abadi sepanjang masa. Sebelumnya, pada Maret 2002, Ramones diabadikan dalam Rock n Roll Hall of Fame. Seperti dikatakan Deryck Whibley, personel SUM-41 kepada Majalah Spin, “Kepandaian Ramones adalah mereka mampu mengatakan sesuatu hanya dalam waktu dua menit.”
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon