Tanya:
Kami sudah menjalin hubungan asmara lebih empat tahun. Dia bekerja sebagai pelaut dan saya staf keuangan di sebuah perusahaan asing. Hubungan kami sangat dekat, dan mungkin telah melampaui batas-batas norma. Namun, dia selalu menghindar setiap kali saya mengajak menikah.
Berkali-kali, saya mengajaknya menikah. Dia selalu meminta saya bersabar. Ia hanya meyakinkan saya bahwa kami pasti akan menikah. Di satu sisi, dia sangat protektif dan sangat marah setiap tahu ada pria lain yang mencoba mendekati saya.
Perjalanan cinta kami banyak mengalami lika-liku. Dia pernah selingkuh dengan wanita lain, tapi saya selalu memaafkan kesalahannya. Banyak hal terjadi, tapi dia selalu kembali untuk saya. Hanya, dia selalu menghindar saat masuk ke topik pernikahan. Padahal adik dan abangnya sudah lama menikah. Saya juga sudah sangat dekat dengan keluarganya.
Orangtua saya yang sangat berharap saya segera menikah, belum lama ini memperkenalkan saya dengan seorang sahabat lama. Secara logika, pria ini lebih baik dan sabar. Dia siap menunggu saya sampai saya siap. Tapi, saya belum bisa menerima pria ini. Perasaan saya masih terjebak pasangan saya saat ini. Apa yang harus saya lakukan?
CT
Jawab:
Hidup adalah suatu pilihan yang harus Anda lalui baik dan buruknya. Artinya, ketika pasangan belum berani mengambil sikap dalam berkomitmen, sebaiknya Anda harus tegas. Ini karena Anda harus menjalankan masa depan yang mungkin bisa jauh lebih baik dengan menikah. Apalagi ada seseorang yang siap menanti Anda.
Daripada bertahan dalam hubungan yang menggantung, sebaiknya Anda tegas meminta kepastiannya. Saat muncul kata putus, Anda pun harus siap agar bisa menjalankan hidup ke depan dengan baik. Harapannya, dia pun juga bisa menjalankan hidupnya lebih baik tanpa mengantung hidup orang lain. Mengenai perasaan, itu bagian proses. Semua kembali pada diri Anda. Yang pasti, jalani sesuai dengan keyakinan dan keinginan Anda.
Kami sudah menjalin hubungan asmara lebih empat tahun. Dia bekerja sebagai pelaut dan saya staf keuangan di sebuah perusahaan asing. Hubungan kami sangat dekat, dan mungkin telah melampaui batas-batas norma. Namun, dia selalu menghindar setiap kali saya mengajak menikah.
Berkali-kali, saya mengajaknya menikah. Dia selalu meminta saya bersabar. Ia hanya meyakinkan saya bahwa kami pasti akan menikah. Di satu sisi, dia sangat protektif dan sangat marah setiap tahu ada pria lain yang mencoba mendekati saya.
Perjalanan cinta kami banyak mengalami lika-liku. Dia pernah selingkuh dengan wanita lain, tapi saya selalu memaafkan kesalahannya. Banyak hal terjadi, tapi dia selalu kembali untuk saya. Hanya, dia selalu menghindar saat masuk ke topik pernikahan. Padahal adik dan abangnya sudah lama menikah. Saya juga sudah sangat dekat dengan keluarganya.
Orangtua saya yang sangat berharap saya segera menikah, belum lama ini memperkenalkan saya dengan seorang sahabat lama. Secara logika, pria ini lebih baik dan sabar. Dia siap menunggu saya sampai saya siap. Tapi, saya belum bisa menerima pria ini. Perasaan saya masih terjebak pasangan saya saat ini. Apa yang harus saya lakukan?
CT
Jawab:
Hidup adalah suatu pilihan yang harus Anda lalui baik dan buruknya. Artinya, ketika pasangan belum berani mengambil sikap dalam berkomitmen, sebaiknya Anda harus tegas. Ini karena Anda harus menjalankan masa depan yang mungkin bisa jauh lebih baik dengan menikah. Apalagi ada seseorang yang siap menanti Anda.
Daripada bertahan dalam hubungan yang menggantung, sebaiknya Anda tegas meminta kepastiannya. Saat muncul kata putus, Anda pun harus siap agar bisa menjalankan hidup ke depan dengan baik. Harapannya, dia pun juga bisa menjalankan hidupnya lebih baik tanpa mengantung hidup orang lain. Mengenai perasaan, itu bagian proses. Semua kembali pada diri Anda. Yang pasti, jalani sesuai dengan keyakinan dan keinginan Anda.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon