Berikut sebuah artikel seks yang membahas resiko amblasnya pernikahan akibat pasangan tidak perawan lagi saat menikah.
Keperawanan ternyata memiliki efek negatif terhadap pernikahan yang dibina pasangan suami-istri. Pasalnya, pasangan yang tidak perawan saat dinikahi bisa memicu perceraian.
Melepas keperawanan saat usia muda sepertinya mulai terlihat umum saat ini. Namun penelitian terbaru mengatakan, bahwa remaja yang tidak perawan lebih rentan terhadap perceraian.
Kehilangan keperawanan di usia muda tidak hanya berisiko hamil, namun juga berakibat buruk bagi kesehatan mental. Sebuah studi baru yang dilakukan University of Iowa menemukan, bahwa 31 persen dari wanita yang kehilangan keperawanan di usia remaja lebih potensial bercerai saat memasuki lima tahun pertama usia pernikahan. Sedangkan kurang dari 50 persen lainnya berpisah dengan suaminya ketika menginjak usia 10 tahun pernikahannya.
Hal itu sangat kontras dengan wanita yang menjaga keperawanannya hingga dewasa. Pasalnya, hanya 15 persen yang bercerai dalam usia pernikahan lima tahun. Sedangkan 27 persen lainnya berpisah pada usia pernikahan 10 tahun, di mana separuh dari mereka tidak perawan sejak remaja.
Hasil studi juga melaporkan, bahwa satu dari tiga wanita yang tidak perawan saat remaja ingin memiliki pasangan seks yang lebih banyak sebelum mereka menikah. Namun, penemuan berikut ini lebih menarik.
Ternyata, 25 persen dari remaja yang berhubungan seks telah memiliki bayi di luar pernikahan. Dan hanya 10 persen wanita yang tetap perawan hingga dewasa yang memiliki anak di luar pernikahan.
Para peneliti percaya, bahwa momen seseorang wanita mulai melakukan seks tidak meningkatkan perceraian, namun menentukan berapa banyak orang yang menjadi teman tidur mereka dan apakah sempat memiliki anak di luar nikah memiliki dampak terhadap perceraian tersebut. Inilah dua faktor yang dipercaya akan meningkatkan risiko perceraian.
Keperawanan ternyata memiliki efek negatif terhadap pernikahan yang dibina pasangan suami-istri. Pasalnya, pasangan yang tidak perawan saat dinikahi bisa memicu perceraian.
Melepas keperawanan saat usia muda sepertinya mulai terlihat umum saat ini. Namun penelitian terbaru mengatakan, bahwa remaja yang tidak perawan lebih rentan terhadap perceraian.
Kehilangan keperawanan di usia muda tidak hanya berisiko hamil, namun juga berakibat buruk bagi kesehatan mental. Sebuah studi baru yang dilakukan University of Iowa menemukan, bahwa 31 persen dari wanita yang kehilangan keperawanan di usia remaja lebih potensial bercerai saat memasuki lima tahun pertama usia pernikahan. Sedangkan kurang dari 50 persen lainnya berpisah dengan suaminya ketika menginjak usia 10 tahun pernikahannya.
Hal itu sangat kontras dengan wanita yang menjaga keperawanannya hingga dewasa. Pasalnya, hanya 15 persen yang bercerai dalam usia pernikahan lima tahun. Sedangkan 27 persen lainnya berpisah pada usia pernikahan 10 tahun, di mana separuh dari mereka tidak perawan sejak remaja.
Hasil studi juga melaporkan, bahwa satu dari tiga wanita yang tidak perawan saat remaja ingin memiliki pasangan seks yang lebih banyak sebelum mereka menikah. Namun, penemuan berikut ini lebih menarik.
Ternyata, 25 persen dari remaja yang berhubungan seks telah memiliki bayi di luar pernikahan. Dan hanya 10 persen wanita yang tetap perawan hingga dewasa yang memiliki anak di luar pernikahan.
Para peneliti percaya, bahwa momen seseorang wanita mulai melakukan seks tidak meningkatkan perceraian, namun menentukan berapa banyak orang yang menjadi teman tidur mereka dan apakah sempat memiliki anak di luar nikah memiliki dampak terhadap perceraian tersebut. Inilah dua faktor yang dipercaya akan meningkatkan risiko perceraian.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon