Edinburg di Skotlandia merupakan kota kuno nan cantik. Di sini pula lahir karya fiksi yang terkenal yaitu Harry Potter. Salah satu kegiatan yang tak boleh terlewat adalah berkunjung ke beberapa spot syuting Harry Potter di kota ini.
Edinburgh, tidak hanya menjadi sekadar ibukota atau kota terbesar kedua di Skotlandia. Kota ini juga penuh dengan warisan sejarah maka tidak heran kalau Edinburgh masuk dalam World Heritage City oleh UNESCO.
"Edinburgh, one of the most beautiful city in Europe!"
Kembali mengingat zaman sekolah dulu, saat belajar geografi, terutama mengenali peta bumi, seringkali saya mencoba menghafal negara dan ibukotanya menggunakan metode ingatan klub sepakbola sebagai alat bantu. Namun, ada satu ibukota negara terkenal di Eropa yang tak bisa saya hapal melalui alat bantu klub sepakbola yang berdomisili di kota yang bernama Edinburgh ini.
Edinburgh tak punya klub besar, karena klub besar yang mendominasi Scottish Premiere League berdomisili di Glasgow, yaitu dua Glasgow Celtic dan Rangers. Kedua klub ini memiliki basis pendukung berdasarkan agama yang dianutnya. Pendukung Celtic kebanyakan Katolik dan Anglikan, sedangkan pendukung Rangers kebanyakan Protestan.
Kembali Soal Skotlandia, saya bisa mengunjungi kota ini setahun silam. Negara yang saya kenal lewat serial kartun Candy-Candy ini, terlihat unik dari pakaian dan alat musiknya yang khas.
November tahun lalu, saya bersama empat orang teman penerima beasiswa Dikti berangkat dari Kingcross Station di pusat Kota London menuju Edinburgh. Stasiun yang menjadi tempat syuting film Harry Potter ini mengantarkan kami ke kereta East West Train yang menuju Skotlandia.
Rute yang kami lewati selama perjalanan, melalui pantai timur Britania Raya. Waktu yang diperlukan untuk mencapai Edinburgh dari London sekitar 5 jam dan menempuh jarak 800-900 km.
Kami berangkat dari Kingcross Station dan tiba di Waverley Station, Edinburgh sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Ini merupakan pukul 12.00 terdingin yang pernah saya alami. Karena saat saya mencapai Edinburgh, suhu udara kota cantik ini mencapai 10-11 derajat Celcius. Kondisi ini pun sangat mirip dengan pagi hari di London saat musim gugur menjelang musim dingin.
Saat keluar dari Waverley Station kami hanya bisa terperangah melihat tata kota Edinburgh yang berbukit-bukit. Selain itu, arsitektur rumah-rumah kuno yang ada di tepi bukit, terutama Edinburgh Castle. Dalam hati, saya hanya bisa mengucap "Wow, amazing!"
Setelah keluar dari Waverley Station kami tidak langsung ke hotel yang ada di luar Old Town. Akan tetapi, kami mencoba terlebih dahulu mengelilingi kota Edinburgh yang memang tidak terlalu besar ini.
Saat mengelilingi Edinburgh, saya menggunakan Bus Sightseeing Tours yang menggunakan sistem Hoop on Hoop off, yaitu kita bebas naik dan turun di setiap stasiun pemberhentian tanpa harus membayar lagi. Ya, tiket yang Anda beli berlaku selama 24 jam mulai dari saat Anda membeli tiket tersebut.
Pada saat memasuki bus, Anda tinggal menunjukan tiket tersebut kepada pengemudi, mengingat semua bus di Britania Raya tak ada kondektur, dan tiket akan dicek saat kita naik. Waktu satu jam kami gunakan untuk mengelilingi indahnya Edinburgh dengan rute pertama berawal dari Edinburgh Waverley Station, melintasi George Street, St Andrew Square, St Gilles Church dan satu tepat terkenal di dekatnya, Elephant House Caffee, tempat yang dikenal sebagai lokasi JK Rowling memperoleh ispirasi dan menulis Harry Potter.
Kemudian saya melanjutkan perjalanan, melalui dua buah tempat yang menjadi ikon Kota Edinburgh, yaitu Royal Mile dan Edinburgh Castle. Edinburgh Castle merupakan kastil yang dulunya menjadi benteng dan istana bagi raja-raja Skotlandia.
Puas jalan-jalan di kastil, kini giliran Royal Mile jadi sasaran berikutnya. Royal Mille terletak di material Jalan Royal Mille yang berada di antara Edinburgh Castle dan Gereja St Gilles.
Jalanan di Royal Mille bukan terbuat dari aspal biasa, tapi dari bebatuan Gunung Edinburgh. Suasana seperti ini membuat saya tidak merasa tinggal di abad 21, melainkan seperti di abad pertengahan.
Di sini kami juga melalui Child Museum, Bekas rumah Alexander Flemming penemu penicilin, Edinburgh University, laboratoriumnya Alexander Graham Bell si penemu telepon, dan bekas rumah James Watt. Tempat-tempat yang saya lalui, benar-benar membuat saya berkesimpulan kalau Edinburgh khususnya dan Skotlandia umumnya adalah produsen ilmuwan-ilmuwan besar Inggris.
Kalau dulu ada James Watt dan Bell, di masa kini penggambaran suasana Edinburgh terwakili oleh JK Rowling sang penulis Harry Potter. Edinburgh juga menjadi tempat utama pembuatan Harry Potter khususnya Edinburgh Castle, Gereja St Gilles dan beberapa tempat lain yang menemani Chirstcurch College di Oxford yang merupakan tempat dari sekolah Hogwarts.
Setelah bus mencapai Ediburgh Waverley Station, kami kembali turun dan mencari rute untuk menuju hotel. Haymarket Hotel yang berada di dekat Haymarket Station menjadi tempat bermalam kami.
Alasan saya memilih hotel ini karena kami mengira stasiun utama Edinburgh adalah Haymarket Station dan kami memesan hotel murah di dekat stasiun agar memudahkan kami kemana-mana. Tapi ternyata asumsi itu hanya berlaku di London yang sistem kereta bawah tanahnya sudah sangat baik.
Di Edinburgh, kereta api hanya digunakan untuk perjalanan luar kota seperti menuju Glasgow, Aberdeen, Dundee, Iverness atau London. Namun, tidak untuk perjalanan dalam kota dan commuter.
Moda transportasi utama dalam Kota Edinburgh adalah Lotians Bus yang menyediakan All Day Ticket seharga 4 Poundsterling yang jurusan dan nomor busnya bisa kami cari di google maps. Canggih bukan? Itu salah satu kenyamanan yang saya peroleh di Britania Raya. Segala sesuatu terkoneksi ke internet dan web, segala sesuatu mudah dipastikan dan membuat saya memilih transportasi dengan cara yang lebih. Akhirnya, Pukul 14.30, kami tiba di Haymarket Hotel.
Sekitar pukul 16.00 kami memutuskan untuk kembali ke Old Town, Edinburgh Waverley Station. Namun sayang, kami mendapati Bus Sightseeing Tours yang sudah mulai tidak beroperasi. Tadinya kami ingin mengunjungi ikon Edinburgh, yaitu Edinburgh Castle tapi apa daya karena busnya tak ada dan medan jalan Edinburgh itu naik turun maka malam itu kami habiskan mengelilingi City Centre Edinburgh seperti Princess mall, Princess Street, Hard Rock Cafe Edinburgh, George Street, dan kembali ke hotel setelah mampir ke salah satu restoran cepat saji.
Keesokan harinya, kami check out dan sarapan di resto dekat Edinburgh Waverley Station. Ternyata Bus Sightseeing Tours baru beroperasi pukul 09.00 pagi dan Edinburgh Castle baru buka pukul 09.30.
Padahal megabus yang kami pesan untuk membawa kami ke London dijadwalkan berangkat jam 11 siang dari St Andrew Square Bus Station. Alhasil selama sejam kami hanya berkeliling Edinburgh dan mengambil foto dari atas bus.
Kejadian ini pun membuat saya tidak puas dan bertekad dalam hati selama masih di tinggal di London saya harus kembali lagi ke Edinburgh. Setidaknya sekali lagi saya harus ke Kota Edinburgh yang indah ini.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon