-->

Senin, 24 September 2012

Uji Nyali, Main Game Lawan Pocong & Kuntilanak

author photo

Pocong, kuntilanak, para dedemit lokal seringkali lebih membuat merinding ketimbang setan impor semacam vampir dan drakula.
Di tangan para awak studio Digital Happiness, hantu lokal dijadikan sumber inspirasi yang mengasikkan dalam bentuk game bergenre survival horror, yang diberi nama "Dreadout". 

"Saya memang terobsesi membuat pengalaman game yang berbeda dengan game luar negeri, ingin game yang Indonesia banget," ujar game produser, Rachmad Imron saat presentasi di laboratorium industri kreatif, Bandung Digital Valley (BDV), Bandung, Kamis 13 September 2012.


"Dreadout" memiliki karakter bernama Linda, seorang siswi anggota klub fotografi yang pergi ke sebuah kota yang telah lama mati, bersama teman-temannya. Lawannya tentu saja hantu-hantu yang muncul selama permainan. 

"Tantangannya di sini, bagaimana Linda mengalahkan hantu yang mengganggu aktivitas mereka," kata Imron. Karakter Linda ini diciptakan memiliki kemampuan khusus untuk mendeteksi keberadaan hantu di sekitarnya.

"Ada 10 karakter hantu yang ada mulai dari pocong sampai hantu Bali," lanjut Imron. Hantu dalam game ini, bertugas mengganggu Linda dan menculik teman-temannya. 

"Linda harus menemukan teman yang dibawa hantu, ia mempunyai energi yang bisa melawan hantu, melalui benda-benda yang ada di dekatnya, misalnya kamera, senter atau yang lainnya," tambah Imron.

Game ini terdiri dari tiga level, naik tingkat tentu saja tantangannya makin berat. "Di bagian selanjutnya, Linda harus menghadapi beberapa hantu dengan kekuatan yang lebih," katanya. Intinya, dia mengatakan, misi game ini yaitu melenyapkan hantu dari kehidupan Linda dan teman-temannya.

Mengapa pilihan jatuh pada game hantu? Imron beralasan bahwa hantu atau horor dekat dengan keseharian manusia, terutama masyarakat Indonesia. 

Selain itu, Indonesia sangat "kaya" karakter hantu. Masing-masing daerah punya versi sendiri-sendiri. "Jadi ini menunjukkan kebudayaan kita," ujarnya.

Awalnya, Imron mengaku sempat akan mengembangkan game bertema perang kemerdekaan, yaitu Perang 10 November, namun setelah dipertimbangkan potensinya, ia kemudian beralih ke game horor.

Tapi, Imron menjami, meski horor, tampilan game ini tidak seram. Yang agak membuat bulu kuduk berdiri justru iringan musik dan pengantar suara, mirip latar pengiring acara hantu di radio.

Permainan ini juga tergolong tidak berat, karena dapat dimainkan di PC pentium 4 dan dibuat dengan program game unity. 

Game ini untuk sementara akan dinikmati dalam versi PC saja dan menyusul dalam versi mobile. Imron berharap gamenya ini selesai akhir tahun ini dan 
dapat segera dikembangkan dalam versi mobile. "Tujuan saya yang utama yaitu game ini bisa diterima pasar, soal keuntungan itu bukan yang utama, senmoga pemodal ventura ada yang tertarik," ucapnya. Untuk preview game ini bisa dilihat di www.dreadout.com.

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post