Hampir di seluruh dunia mempercayai bahwa laki-laki dengan golongan etnik tertentu mempunyai penis besar. Dengan demikian dapat lebih memuaskan lawan jenisnya saat berhubungan seks.
Guru Besar & Dokter Spesialis Laki-laki (andrologi) pertama Indonesia dari Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah-RSAL Dr. Ramelan Surabaya Prof. Dr. dr. Arif Adimoelja, MSc, SpAnd, FSS (Be) menegaskan, besar kecilnya penis sebenarnya bukan masalah utama. Namun sejak lama dipersepsikan bahwa makin besar penis, makin besar pula sifat macho seorang pria.
Banyak pria zaman sekarang mengingingkan alat kelaminnya diperbesar. Entah dengan usaha bedah plastik atau dengan menyuntikkan berbagai bahan kimia tertentu, termasuk penyuntikan dengan silikon. Padahal, yang menentukan hebat tidaknya seorang pria dalam berhubungan seks bukan besar kecilnya penis, melainkan bagaimana pria memanfaatkan alatnya secara baik dan tepat. yang penting "The Man behind the gun."
Rangsangan vagina yang dapat diterima wania secara baik hanya terletak 1/3 bagian luar. Begitu pula G Spot (pusat gairah rangsangan nikmat) juga terletak di daerah ini. Sehingga tidak perlu seorang pria mengaduk-aduk vagina lebih dalam demi mencari kenikmatan seksual.
Banyak pula mitos yang mengaitkan bentuk penis sesuai dengan organ tubuh yang lain. misalnya perumpamaan bentuk penis dengan ibu jari tangan,bentuk hidung dan lain sebagainya. Katanya, dengan melihat bentuk tampang muka atau bagian tubuh lain dapat diperkirakan besar penis dan bentuknya.
"Tentu saja sama sekali tidak benar semua itu," jelas Prof. Arif dalam sebuah sesi simposium tentang Seks di Hotel Borobudur, Jakarta seperti ditulis, Selasa (8/10/2013).
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon