Terlepas dari sentimen politik akibat terkuaknya skandal penyadapan Dinas Intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009, hubungan bilateral kedua negara sebetulnya cukup erat. Terutama di bidang perdagangan.
Kedua pemerintah bulan lalu menargetkan nilai perdagangan mencapai USD 15 miliar (setara Rp 173 triliun) dua tahun mendatang. Sekarang, nilai riil baru sebesar USD 10 miliar.
Tak hanya itu, Negeri Kangguru sudah banyak menanamkan modal di Tanah Air. Tahun lalu peningkatan investasi Australia mencapai 700 persen.
Kini, bulan madu mitra strategis itu terancam sirna akibat skandal penyadapan. Tak cuma di bidang politik, pemerintah Indonesia sampai memikirkan kemungkinan merevisi kerja sama bidang perekonomian.
Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, mengaku kecewa dengan langkah Australia, dan menyebutnya tindakan yang sangat serius mengancam kedaulatan Indonesia. Cuma dia memastikan belum ada rencana membatalkan kerja sama perdagangan dengan negara itu.
"Belum sampai ke situ (kaji ulang kerja sama ekonomi). Tapi kita tunggu, saya akan rapat dengan presiden. Tapi memang ini adalah sesuatu yang sangat mencederai hubungan persahabatan kita," ungkapnya di komplek DPR, Jakarta, kemarin.
Tak semua pejabat terpancing emosi. Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, menilai sikap Indonesia jangan reaktif sampai memboikot produk Australia. Sebab, nyatanya masih banyak barang asal Negeri Kangguru yang dibutuhkan, misalnya daging sapi dan olahan susu.
"Indonesia bersama Australia menjalin hubungan di berbagai sektor, salah satunya pertanian dan peternakan. Ini yang harus disikapi agar jangan sampai terganggu," kata Gita.
Ketua Komite Ekonomi Indonesia (KEN) Chairul Tanjung ikut urun rembug. Dia berharap publik maupun pengambil keputusan berkepala dingin, agar memisahkan urusan perdagangan dari skandal tersebut. "Tidak ada hubungannya. Ini kan sikap politik, ibarat pedagang itu tidak ada kaitannya dengan urusan politik," cetusnya.
Pada kenyataannya, Australia juga membutuhkan Indonesia. Banyak produk asal Tanah Air yang diekspor ke negara tetangga itu. Nilainya secara ekonomi juga tidak main-main. Atas dasar itu, sebagian pihak menilai tak perlu mengorbankan hubungan perdagangan hanya karena persoalan politik.
Lantas, komoditas Indonesia apa saja yang selama ini berhasil menjajah pasar Australia? Berikut rangkumannya.
1. Bauksit
Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan ekspor bauksit ke Australia selama ini sangat tinggi. Bahan baku alumunium itu dibutuhkan industri di Negeri Kanguru.
Salah satu raksasa tambang Australia yang butuh pasokan bauksit Indonesia adalah Glencore. Sampai-sampai, karena ada larangan ekspor tambang mentah, perusahaan itu memutuskan membangun smelter di Tanah Air.
Cadangan terbukti bauksit di Indonesia mencapai 180 juta ton. Australia jadi importir bauksit terbesar selepas Jepang dan China. Ekspor bauksit di akhir 2012 mencapai 19,7 juta metrik basah ton.
2. Manggis
Buah manggis merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan ke Australia, yang berjalan mulai akhir tahun lalu. Selama 6 tahun sebelumnya, pemerintah aktif melobi pemerintah Negeri Kanguru. Pengapalan manggis ke sana sudah dimulai dengan volume mencapai 1 ton.
Manggis digemari warga Australia, namun Balai Karantina di negara itu kerap menolak karena buah itu diduga banyak terpapar pestisida.
Buah manggis merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia dengan nilai ekonomis yang tinggi karena memiliki serapan pasar yang cukup besar. Pada tahun 2011, produksi manggis nasional mencapai 117.600 ton dengan jumlah ekspor manggis mencapai12.600 ton dengan nilai USD 9,9 juta atau setara dengan Rp 94 miliar.
3. Antena televisi
Perangkat buat menangkap siaran televisi banyak diproduksi di Indonesia. Rupanya, Australia banyak menyerap produk tersebut.
Dari data Kementerian Perdagangan 2012, ekspor piranti penerima sinyal untuk televisi meningkat 52,2 persen. Alhasil, antena menjadi tiga besar komoditas unggulan ke Negeri Kanguru.
Salah satu produsen antena terbesar Indonesia adalah PT Professindo Jaya Inti. Pabrik berlokasi di Bandung ini sudah menggeluti bisnis antena sejak 1973.
4. Emas
Ekspor plat emas meningkat 27 persen ke Australia beberapa waktu lalu. Sebagian komoditas itu berasal dari Sulawesi Utara.
Tercatat PT Avocet Mining Bolaang Mongondow berhasil mengekspor emas mencapai 1,5 ton ke Australia dengan nilai Rp 268 miliar.
Secara nilai, pada 2011 plat emas (beserta platina) merupakan ekspor unggulan urutan pertama ke Australia.
5. Kayu
Produk kayu maupun olahannya merupakan komoditas Indonesia yang digilai oleh pasar Australia. Tak cuma itu, pesanan mebel maupun rumah knock down (bongkar pasang) juga tinggi.
Bali merupakan daerah di Tanah Air yang banyak menerima pesanan kayu, mebel, maupun rumah pasang dari Australia. Nilainya mencapai USD 2,1 juta tahun lalu.
Kementerian Perdagangan mencatat, pertumbuhan ekspor kayu ke Negeri Kanguru mencapai 17 persen pada 2012.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon