Asia masih sangat muda dan segar dalam hal teknologi, jadi ekosistem teknologi di benua ini baru saja terbentuk. Secara ekonomi, Asia baru bertumbuh cepat sejak beberapa dekade lalu. Sedangkan di barat, ekosistem ini telah dibangun sejak lama dan kita telah mengetahui beberapa nama besar dan wilayah penting seperti Silicon Valley, New York, London, Paris, dan lainnya. Siapa yang tahu Asia? Benua ini sangat besar, dan sulit untuk memutuskan di mana harus memulai mempelajari benua ini. Jadi, kami bertemu dan berbincang dengan blogger, investor, dan entrepreneur di seluruh Asia untuk meminta mereka berbagi sedikit tentang ekosistem startup di kota dan negara mereka masing-masing. Dan berikut adalah 6 ekosistem startup di seluruh Asia pada Bagian kedua. (Bagian Pertama)
7. Seoul, Korea Selatan
John Kim: ekosistem startup Korea Selatan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam lima tahun terakhir, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga akselerator dan VC. Melihat sekilas ekosistem startup di negara ini, ada dua alasan utama yang mendorong pertumbuhan tersebut.
Pertama, bermunculannya startup yang sukses telah menarik perhatian masyarakat dan menginspirasi entrepreneur muda. Forbes membuat daftar orang terkaya di Korea, dan daftar tersebut kebanyakan didominasi oleh founder perusahaan game miliaran dollar. Perusahaan seperti TicketMonster, Kakao (pembuat KakaoTalk) dan Coupang telah menunjukkan kekuatan tidak hanya dalam segi finansial, tapi juga menembus segmen masyarakat yang lebih luas dengan produk mereka. Tahun lalu, pengaruh komunitas startup semakin melekat di benak publik ketika Ahn Chul Soo, pendiri perusahaan anti-virus Ahnlab, ingin menduduki kursi tertinggi pemerintahan.
Kedua, pemerintah Korea telah menunjukkan dukungan yang luar biasa kepada komunitas startup, sebuah tren yang tampaknya akan terus berlanjut setelah pemilihan presiden baru-baru ini. Ahn pada akhirnya kalah, dan Korea memilih presiden perempuan pertamanya, Park Geun Hye, yang berjanji meningkatkan pendanaan perusahaan dalam kampanyenya.
Takut gagal dan karakteristik budaya lain di perusahaan Korea bisa menjadi hambatan untuk berkembang secara global, dan ini menjadi tantangan bagi startup Korea. Tapi konglomerat seperti Samsung, perusahaan game seperti Nexon, dan band K-pop seperti Big Bang telah mengalami hambatan serupa sebelum akhirnya berhasil memperkenalkan nama Korea di seluruh dunia. Dengan adanya startup yang sukses dan dukungan dari pemerintah, kita bisa melihat hal yang sama juga akan terjadi pada para founder startup.
8. Jakarta, Indonesia
Aulia “Ollie” Halimatussadiah: Ketika saya berada di konferensi teknologi, seseorang bertanya apakah startup saya telah menghasilkan uang. Saya menjawab, “Tentu. Jika tidak, saya tidak akan bisa membiayainya!” Hal ini juga menjelaskan bahwa di Indonesia, masih banyak startup yang mandiri. Kami menggunakan uang pribadi sebagai pendanaan awal, lalu kami membangun startup dan harus menghasilkan uang dari hari pertama untuk bertahan. Tidak ada dana dari pemerintah untuk startup, jadi startup di Indonesia kebanyakan praktis, seperti e-commerce, travel, dan logistik. Inovasi adalah sesuatu yang kami pikirkan belakangan.
Pada tahun 2010, sekitar sekitar 30 founder startup berkumpul di Starbucks untuk mendiskusikan startup mereka dan secara mengejutkan ini adalah momentum paling penting bagi ekosistem startup di Indonesia. Pertemuan ini menjadi reguler dengan topik yang spesifik; karena dimulai dari Twitter, organisasi ini diberi nama #StartupLokal. Natali Ardianto, Nuniek Tirta dan saya sendiri mengorganisir pertemuan ini setiap bulannya. Sekarang ada lebih dari 200 orang yang hadir di tiap meetup dan ribuan orang berlangganan ke mailing list kami.
Ini adalah saat yang bagus bagi startup di Indonesia karena secara politik negara ini stabil dan kebebasan berpendapatnya dijunjung tinggi, taraf hidup masyarakat kelas menengah mulai meningkat (45 juta orang di Indonesia mempunyai daya beli yang tinggi), tingkat penetrasi mobile yang sangat tinggi (orang Indonesia rata-rata memiliki lebih dari dua handphone); kami juga punya pengguna Facebook dan Twitter yang aktif. Aset terpenting kami adalah lebih dari 60 persen dari 240 juta penduduk Indonesia berumur di bawah 35 tahun dengan rata-rata berusia 28 tahun dan tersebar di lebih dari 17.000 pulau di Indonesia. Ini adalah negara yang mempunyai banyak ruang untuk dijelajahi dan banyak masalah untuk dipecahkan, yang berarti banyak kesempatan bagi para entrepreneur.
Semakin banyak investor dari seluruh dunia datang ke Indonesia dan juga semakin banyak inkubator tersedia, dan mereka siap untuk berinvestasi. Tapi kebanyakan dari mereka menemui kesulitan untuk menemukan startup yang mempunyai mimpi satu juta dolar. Jadi, PR bagi startup di Indonesia sekarang adalah mengubah pola pikir yang biasa, bermimpi tinggi, dan berpikir global.
Sudah ada beberapa investor di Indonesia saat ini, seperti Merah Putih Incubator, GDP Venture, East Ventures, GREE Ventures, Grupara, Ideosource, dan CyberAgent Ventures.
9. Bangkok, Thailand
Prathan Thananart: Ledakan ekosistem startup di Bangkok tahun lalu dapat dikarakteristikkan dengan tiga tren yang berkaitan. Pertama adalah momentum yang dibangun oleh acara teknologi sejak beberapa tahun terakhir melalui BarCamp, Mobile Monday, dan Startup Weekend. Event dan cerita sukses ini dibagikan oleh entrepreneur lokal maupun asing.
Kedua, mulai bermunculannya co-working space menarik untuk diamati. Saat ini ada beberapa co-working space yang bagus di seluruh bangkok, dan mereka membantu menghubungkan entrepreneur dengan developer dan freelancer di industri ini.
Yang terakhir, munculnya VC dan kelompok angel bisnis, termasuk ekspansi dari perusahaan yang berbasis di negara Asia lain. Salah satu yang paling menonjol adalah InVent milik Intouch yang juga mengoperasikan perusahaan telekomunikasi terbesar di Thailand, dan Ardent Capital milik investor Ensogo yang dijual ke LivingSocial.
Kelemahan ekosistem startup di negara ini adalah kurangnya keberagaman. Terakhir saya cek ada lebih dari 10 perusahaan bersaing dalam aplikasi loyalti, dan tiruan group buying yang tak terhitung jumlahnya. Seiring semakin dewasanya ekosistem di negara ini, sebagian energi tersebut akan disalurkan ke ranah yang kurang mendapat perhatian. Sebagaimana Tel Aviv, yang terkenal dengan kemacetan lalu lintas, melahirkan Waze, sebuah aplikasi navigator dengan data lalu lintas yang di-crowdsource.
Bangkok adalah rumah bagi jutaan pemilik smartphone dan lebih dari 18 juta pengguna media sosial dari pengguna web yang berjumlah 25 juta. Dan seiring tumbuhnya generasi digital native yakni populasi yang lebih muda, pasti akan ada banyak ide baru terkait bagaimana orang-orang berbelanja, bepergian, dan tetap terhubung.
10. Hanoi dan kota Ho Chi Minh, Vietnam
Anh Minh-Do: Saya sudah sering menulis tentang Hanoi dan kota Ho Chi Minh, tapi mari kita lihat ekosistem startup Vietnam secara umum. DFJ Vina Capital dan IDG Ventures tampaknya akan perlahan-lahan menarik diri dari startup teknologi dan mengganti strategi mereka menjadi lebih seperti inkubator, sementara CyberAgent Ventures, perusahaan VC asal Jepang baru yang sangat aktif di negara ini, telah membuat beberapa investasi yang menarik.
Maju ke arah global belum menjadi rencana startup Vietnam sampai saat ini. Tentu saja, beberapa startup menengah seperti Appota dan GHN berencana ke luar pasar domestik di masa depan. Mereka memusatkan sebagian besar kekuatan mereka pada pengembangan model bisnis yang kuat di negara ini. Ironisnya, model startup yang umum di Vietnam adalah model yang bersubsidi, dimana sebuah perusahaan teknologi akan mengambil kontrak asing untuk membiayai operasi mereka dan kemudian membangun tim produk dengan pendapatannya. Hal ini membuat startup tidak perlu mencari dana dari investor, tetapi terkadang hal ini bisa menghambat inovasi produk yang sesungguhnya.
Poin-poin tersebut menggarisbawahi kunci ekosistem startup di Vietnam yang berpusat di Hanoi dan kota Ho Chi Minh City, kisah sukses yang praktis dan menjual akan berguna untuk mendorong pertumbuhan di masa depan.
11. Manila, Filipina
Tidak ada hal yang lebih menarik daripada menjadikan produk atau layanan teknologi Anda sebagai startup di Filipina.
Munculnya investor tahap awal termasuk Kickstart yang telah berinvestasi di enam startup dengan nilai pendanaan mulai dari USD 30.000 sampai USD 120.000; Kickstart secara total telah berinvestasi di 17 startup; juga terdapat Launchgarage yang merupakan kolaborasi antara Kickstart dengan Jay Fajardo dari Proudcloud. Ada juga Ideaspace yang telah berinvestasi di 10 startup dengan nilai pendanaan masing-masing USD 12.500. Kemudian ada SeedAsia yang merupakan pemain baru dalam ranah ini dan sedang menargetkan beberapa startup di negara ini.
Beberapa perusahaan telah mencari pendanaan secara global untuk beroperasi di Manila. Beberapa di antaranya adalah Kalibbr dan Payroll Hero serta beberapa perusahaan dari Silicon Valley yang berkeliaran di Manila.
Ada juga komunitas yang aktif di Facebook seperti StartupPH, ditambah dengan beberapa meetup seperti Roofcamp, Open Coffee Wednesday, Founder’s Drink, dan MobileMonday – dan acara ini diselenggarakan hampir setiap bulan. Ada juga berbagai acara startup seperti Startup Weekend, AngelHack, dan developer bootcamp yang diselenggarakan hampir tiap minggu untuk setiap bahasa yang tersedia di web dari Globe Labs untuk Developer Network SMART. Kedua perusahaan ini memberikan pelatihan gratis dan kamp-kamp pendidikan pada praktek dan entrepreneurship terbaik.
Dengan populasi stabil yang mendekati 100 juta dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kelas menengah, Filipina mungkin adalah pasar dengan penduduk berbahasa Inggris terbesar di Asia selain India! Ketahanan ekonomi Filipina selama krisis keuangan tahun 1997 dan 2008 adalah bukti bahwa negara ini punya fundamental yang luar biasa, dan pada akhirnya muncul sebagai tiga peningkatan di peringkat investasi oleh JCRA, S&P, dan Fitch.
Tapi ada tantangan besar. Seperti kebanyakan pasar Asia, terdapat kesenjangan antara investor tahap awal dan seri A di Filipina yang membatasi jumlah exit.
Visibilitas e-commerce masih berada dalam tahap awal karena perlunya menjembatani transisi dari uang kertas ke kartu kredit ke e-payment online – kurang dari 10 persen dari total penduduk memiliki kartu kredit. Pemerintah masih mengatur semua bisnis e-commerce dengan proses birokrasi rumit yang sama sekali tidak business friendly bagi para pengusaha atau investor.
Hal ini mungkin terjadi karena ekosistem startup Filipina cenderung masih sangat muda. Keberhasilan perusahaan yang baru diinkubasi juga akan sangat menentukan kredibilitas pasar Filipina untuk bersaing secara global (atau di kawasan Asia Tenggara).
Meskipun demikian, masa depan Filipina terlihat cerah dengan munculnya tokoh-tokoh besar lokal yang memasuki ekosistem startup, kembalinya talenta Filipina untuk berpartisipasi baik dalam ekosistem startup maupun dalam membangun produk yang bisa membantu memecahkan tantangan pasar yang mereka layani! Filipina adalah negara yang memiliki ekonomi yang tumbuh menggeliat dimana inovasi dan tantangan sosial berpadu melalui teknologi.
12. India
Mukund Mohan: Satu hal yang mengejutkan kebanyakan orang asing tentang ekosistem startup di India adalah betapa beragamnya ekosistem startup di negara ini. Entrepreneur di negara ini rata-rata berusia mulai dari 21 tahun dan masih berkuliah hingga eksekutif berusia 61 tahun. Rata-rata entrepreneur teknologi India adalah pria berusia 30 tahun ke atas, dengan beberapa latar belakang teknologi, meskipun tidak harus dalam pengembangan produk, berfokus pada membangun sebuah produk yang sebagian besar mencoba untuk memecahkan masalah lokal (India).
Rata-rata sekitar 970 entitas produk teknologi lahir setiap tahun di India dan hanya sekitar 380 yang benar-benar membangun entitasnya sebagai perusahaan. Tingkat mortalitasnya cukup tinggi, dengan lebih dari 60 persen dari “entitas” melakukan pivot atau akan dibiarkan terbengkalai dalam waktu 12 sampai 18 bulan. Setiap tahunnya, terdapat jumlah kelahiran yang sama untuk entitas layanan (konsultasi) di ranah teknologi, tapi mereka cenderung bertahan lebih lama.
Startup di India bervariasi, 61 persen di antaranya berorientasi bisnis dan sekitar 39 persen berfokus pada aplikasi konsumen seperti aplikasi mobile, jejaring sosial, dan e-commerce. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan besar di ranah e-commerce. Berkat pengguna internet yang bertumbuh (sekitar 100 juta orang, dengan 15 juta aktif membeli barang dan jasa secara online), tingginya penetrasi broadband (lebih dari 10 juta koneksi) dan meningkatnya jumlah handphone (lebih dari 800 juta koneksi). Tidak ada waktu yang lebih baik untuk memulai perusahaan teknologi di India daripada sekarang.
Keadaan ekosistem investor juga meningkat. Dari sekitar 43 VC aktif pada tahun 2006, yang berinvestasi di sekitar 73 perusahaan setiap tahunnya, saat ini ada lebih dari 80 jaringan angel investor, seed fund, akselerator dan dana tahap awal, dan lebih dari 153 perusahaan mendapatkan beberapa bentuk pendanaan institusional setiap tahun .
Ada tiga tantangan utama yang dihadapi ekosistem teknologi India yang tidak bisa diperbaiki dalam waktu singkat. Yang pertama adalah kurangnya exit, kedua adalah kurangnya angel investor dan mentor, dan ketiga adalah sifat takut mengambil risiko yang melekat pada masyarakat kelas menengah India.
Rasa optimis dalam diri saya mengatakan bahwa masalah tersebut, meskipun struktural, akan berubah selama lima sampai sepuluh tahun ke depan dan relatif mudah untuk dipecahkan mengingat sifat dinamis yang dimiliki para pengusaha India.
Didorong oleh keberhasilan orang India di Silicon Valley dan fakta bahwa mereka membangun 43 persen dari semua produk startup di wilayah Bay, saya benar-benar yakin bahwa metrik dan tren akan bertumbuh 300 persen hingga 500 persen untuk startup dan kisah sukses akan mulai bermunculan dalam lima tahun ke depan.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon