-->

Sabtu, 11 Februari 2017

Alami Kelainan Langka, Gadis 24 Tahun Ini Tampak Seperti Balita

author photo

Tamoranews.com - Dari sekian ratus juta jiwa penduduk Indonesia, masih terdapat sebagian orang-orang yang kurang beruntung dan mengalami masalah kesehatan. Menurut data yang dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015, sebanyak 45.7% rakyat Indonesia memiliki tingkat kecukupan energi yang sangat kurang.

Temuan dari Departemen Kesehatan tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan kecukupan gizi dengan layak. Apalagi daerah yang memiliki angka kecukupan energi sangat rendah berasal dari daerah-daerah yang kurang terjangkau pemerintah. Tak heran apabila kasus kelainan atau penyakit langka seringkali terdengar dari daerah dengan kecukupan gizi yang minim.


Selain wanita bertubuh kaku bak papan dari Sragen beberapa waktu lalu menjadi perhatian dunia seperti dalam artikel ini, kini seorang gadis berusia 24 tahun yang mengalami kelainan langka juga menjadi pemberitaan internasional. Gadis yang bernama Sari Rezita Ariyanti ini menjadi sorotan setelah kisahnya dimuat oleh DailyMail.co.uk.


Gadis yang berasal dari Meureudu, Aceh, ini memiliki kondisi fisik yang berbeda dengan gadis berusia 20 tahunan pada umumnya. Sari Rezita Ariyanti hanya memiliki tinggi 87 cm dan berat 20 kg. Hal ini membuatnya tampak seperti balita berusia 3 tahun. Bahkan untuk berbicara saja, gadis yang kini tinggal bersama Ibunya ini kesusahan.

Berdasarkan informasi medis yang dikeluarkan oleh Rumah sakit Ibnu Sina, di Kota Sigli, Aceh, Sari didiagnosis menderita kelainan hormon pertumbuhan. Kelainan ini terjadi karena pengaruh genetik. Kasus yang dialami sari juga hanya terjadi dari 2.500 kelahiran bayi perempuan di dunia.

Sebetulnya kondisi Sari dapat disembuhkan apabila ditangani lebih cepat, sayangnya orang tua Sari yang berasal dari keluarga kurang mampu tidak mengetahui hal ini hingga Sari berusia 13 tahun. Karena penyakit yang dideritanya ini, Sari tidak dapat bergerak bebas dan mengandalkan kursi roda untuk berjalan.


"Sari bergerak lamban karena syaraf motoriknya terpengaruh oleh kelainan hormon yang dialaminya. Kalau dia segera ditangani saat masih berumur 6 bulan, maka mungkin dia masih dapat tumbuh normal." ujar Dokter Suriadi Umar, dokter yang menangani Sari di Rumah Sakit Ibnu Sina, Pidie Jaya, Aceh dikutip dari DailyMail.co.uk.

Untuk saat ini, Sari hanya bisa menjalani fisioterapi agar dapat berjalan dan tidak bergantung pada kursi roda. Duh, miris banget ya?

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post