-->

Sabtu, 04 Februari 2017

Peredaran Hoax Bisa Lebih Mengerikan Lagi

author photo
Foto : detikcom

Tamoranews.com - Konten hoax yang beredar di masyarakat sudah cukup mengkhawatirkan. Tapi ke depan, diproyeksi bakal lebih mengerikan lagi. Waduh!

Dijelaskan Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho, saat ini konten hoax hanya berupa gambar dan tulisan. Namun dengan kecanggihan teknologi membuat konten akan lebih ekstrem.

"Akan ada aplikasi yang bisa memanipulasi suara, bila disalahgunakan bisa membuat percakapan seseorang padahal mereka tidak melakukan. Malah ada video yang dibuat mirip tokoh asli. Bila disalahgunakan ini akan sangat berbahaya," papar pria yang kerap disapa Aji, saat dilansir dari detik.com.

Karena itu perlu sebuah upaya menangkal agar hoax tidak makin membahayakan. Pihak Masyarakat Indonesia Anti Hoax sendiri coba memulai gerakan jangka panjang dalam bidang kontra narasi, edukasi literasi, advokasi dan memperluas jejaring dengan silaturahmi.

Mereka mengerahkan relawan anti hoax yang tergabung di lebih dari 8 kota yang Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, Semarang, Solo, Wonosobo dan Batam. Salah satu gerakan yang dilakukan adalah advokasi untuk upaya persuasi kepada masyarakat, pemerintah, tokoh agama dan masyarakat, tentang bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menekan penyebaran hoax

"Ada empat elemen yang menjadi target advokasi Masyarakat Indonesia Anti Hoax, yaitu keluarga, tokoh agama dan masyarakat, pemerintah dan pengelola media sosial," kata Aji.

Menurutnya, adalah faktor terpenting dalam upaya memerangi hoax. Keluarga adalah simpul terkecil dari upaya pemanfaatan media sosial. Karenanya pemahaman literasi media dan pemanfaatan media sosial secara positif hendaknya menjadi prioritas yang harus dipelajari oleh setiap orang tua.

Hal yang sama dengan tokoh agama dan masyarakat. Karena itu Masyarakat Indonesia Anti Hoax bakal mengajak para tokoh agama dan masyarakat untuk menyampaikan pentingnya bermedia sosial tanpa hoax ditinjau dari norma agama dan kesusilaan.

"Kami menyambut baik rencana Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menerbitkan pedoman bermualamah di media sosial, Nahdlatul Ulama untuk memerangi hoax, Muhammadiyah yang menelurkan terminologi kesalehan informasi, dan jaringan gereja yang komitmen dan serius memasukkan materi anti fitnah dan hoax dalam pengkhotbahan," papar Aji.

Masyarakat Indonesia Anti Hoax melakukan sinergi dengan pemerintah dan pemilik media sosial. Mereka mengharapkan pemerintah membuat layanan verifikasi identitas untuk pengguna akun media sosial. Sehingga mereka yang ingin serius bermedia sosial dengan tanggungjawab bisa terlindungi dari kekisruhan yang diakibatkan oleh akun anonim yang sengaja memancing keributan.

"Pemerintah membuat layanan verifikasi identitas bagi akun pengguna media sosial dalam bentuk API (Application program interface). Pemerintah dapat menginformasikan mekanisme verifikasi ini kepada pengelola media sosial (Google, Facebok, Twitter, Instagram) untuk melindungi netizen," kata Aji.

"Dengan mekanisme ini, maka yang menyimpan data penduduk tetaplah Pemerintah Indonesia dan bukan pengelola media sosial yang umumnya masih merupakan entitas asing, sehingga tidak membuat celah bagi keamanan nasional," lanjutnya.

Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Hoax mengharapkan pengelola media sosial untuk secara serius meningkatkan upayanya sehingga penyebaran fitnah, hasut dan hoax bisa ditekan. Beberapa cara yang perlu dilakukan antara lain membuat perbedaan fasilitas akun terverifikasi dan akun yang belum terverifikasi.

Mereka juga mengharapkan semua pengelola media sosial untuk memastikan adanya tim pengaduan konten yang paham konteks Indonesia terkini, sehingga tidak terjadi pemblokiran konten akibat kekeliruan memahami konteks sebuah tulisan atau opini. Selain itu pentingnya pengelola media sosial membuat kegiatan diskusi offline di dunia nyata tentang bagaimana bermedia sosial dengan sehat dan positif.

"Kami cukup menyambut baik adanya pertemuan Menteri Komunikasi dan Informatika untuk berdiskusi dengan Facebook dan Twitter untuk meredam penyebaran hoax," pungkas Aji.

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post