Tamoranews.com - Film Kong: Skull Island, kini tengah diputar di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Cerita tentang primata raksasa ini, memang bukan pertama kalinya diangkat ke layar lebar.
Setelah versi aslinya di tahun 1933, film daur ulangnya juga pernah dibuat di tahun 2005 dan dibintangi oleh Jack Black dan Adrien Brody. Bila memang cerita kingkong ini sudah berkali-kali diangkat ke layar lebar, lantas mengapa kita harus menonton film Kong: Skull Island?
Para kritikus film, ternyata beranggapan bahwa Kong: Skull Island masih sangat layak untuk ditonton. Setidaknya, ini terlihat dari skor film ini di situs agregat Metacritic dan Rotten Tomatoes.
Saat berita ini ditulis, Kong: Skull Island meraih skor 79 persen di Rotten Tomatoes. Dari 62 resensi yang dikumpulkan situs ini, 49 di antaranya memberikan nilai postif. Sementara Metacritics memberikan angka 62, yang berarti secara umum film ini mendapat penilaian bagus. Dari 22 review yang dijaring Metacritics, 11 di antaranya memberi penilaian positif, satu negatif, dan 10 lainnya memberikan poin positif dan negaif.
Sejumlah kritikus menilai poin plus dari Kong: Skull Island, adalah dari segi visual. "Monster mengerikan ini adalah alasan mengapa CGI diciptakan," tulis Mara Reinstein, kritikus dari US Weekly.
Peter Travers, kritikus dari Rolling Stones, mengungkapkan memang ada beberapa kekurangan dari film garapan Jordan Vogt-Roberts ini. Namun, ia memberi pujian selangit untuk aspek teknis di film ini.
"Dialognya canggung, aktor-sktor kelas A yang dipajang aktingnya payah, dan ya, film ini memang sudah diangkat berkali-kali, tapi efek menggelegar yang menyenangkan ini membuat film reboot Kong ini mengoyak dan menggetarkan seisi rimba," tulis Travers.
Sejumlah kritikus lain mencatat ada sosok yang juga menjadi magnet tersendiri sepanjang Kong: Skull Island. Bukan Tom Hiddleston atau Brie Larson yang dipasang sebagai bintang utama, namun Kong, sang primata bertubuh raksasa.
"Salah satu bagian yang paling menyenangkan adalah dari kegilaan Kong yang menggetarkan pulau, bahkan jauh sebelum para manusia menyusup ke layar," tulis Robbie Collin, kritikus dari The Telegraph.
Sementara itu, meski memuji aspek visual Kong: Skull Island, sejumlah kritikus menggarisbawahi bahwa ada sejumlah kelemahan dalam film ini. Salah satunya, adalah masalah keterikatan emosi dengan penonton.
"Pertarungan antar monster memang cukup membuat penonton berkata 'wow' sepanjang film. Tapi masalahnya, keterikatan dalam film ini begitu tipis sehingga hampir tak jadi masalah siapa yang bertahan hidup, siapa yang terinjak, dimakan, meledak, tercabik-cabik atau terpenggal," tulis Kyle Smith dari New York Post.
Jadi, apa Anda tetap bersemangat menonton Kong: Skull Island? Untuk jadwal XXI bisa klik dibawah ini.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon