Tamoranews.com - Menyoal makanan, banyak sekali jenis makanan yang menjajaki kuliner di Indonesia. Terkhusus makanan khas Batak yang sering kita temui di Kota Medan. Makanan khas Batak yang akan kita kupas adalah Ombus-ombus. Mungkin banyak yang belum mengetahui makanan asli khas Medan suku Batak ini.
Kue Ombus-ombus adalah makanan atau jajanan khas Batak yang berasal dari Siborong-borong, Tapanuli Utara. Namun bukan berarti Ombus-ombus hanya ada di daerah Batak. Ombus-ombus juga banyak dihidangkan dalam acara-acara pernikahan atau acara lainya sebagai camilan penutup. Kue Ombus-ombus terbuat dari tepung beras yang diberi gula di tengahnya dan dibungkus dengan daun pisang.
Dahulu makanan ini dijajakan di warung pinggir jalan, namun sekarang Ombus-ombus sudah tidak terlihat keeksisannya lagi karena tersaingi dengan makanan moderen lainnya.
Bukan karena peminatnya sudah luntur, namun makanan tradisional ini mengharuskan para pedagang untuk langsung terjun ke dapur untuk memprosesnya. Hal ini yang enggan dilakukan, sebab pedagang lebih memilih untuk langsung memasarkan panganan olahan pabrik.
Bukan berarti Ombus-ombus kehilangan posisi di hati masyarakat, tetap ada tokoh masyarakat yang tetap melestarikan makanan khas Medan suku Batak ini ke khalayak ramai. Perlu diketahui bahwa Ombus-ombus adalah makanan tradisional dengan kisah yang sangat inspiratif. Berikut akan kami bahas mengenai perjalanan Ombus-ombus sejak zaman 90-an.
Nama Ombus-ombus pertaman kali dibuat karena harus memberi tiupan ketika memakannya. Dan kue ini enak ketika di makan di saat masih hangat. Ombus-ombus pertama kali dicetuskan oleh pedagang asal Batak, Musik Sihombing pada tahun 1940.
Musik Sihombing memulai usaha di rumahnya, Jalan Balige Pusat Pasar Kecamatan Siborong-borong. Ombus-ombus awalnya diberi nama Lappet Bulung Tetap Panas. Pada masa itu kue Lappet merupakan dagangan yang menjanjikan karena banyaknya peminat.
Setelah meninggalnya Musik Sihombing, Lappet Bulung Tetap Panas tidak mati, usaha ini dilanjutkan oleh warga lainnya. Anggiat salah satu warga yang menilai Lappet termasuk usaha menguntungkan. Anggiat pun mulai mengikuti jejak Musik Sihombing dengan menjajalkan Lappet Bulung Tetap Panas mengelilingi desa mengayuh sepeda.
Namun Anggiat merasa nama makanan ini terlalu panjang sehingga menyulitkannya saat menyorakkan nama panganan ini. Hal inilah yang memicu ide kreatif Anggiat untuk mengevaluasi nama Lapet Bulung Tetap Panas menjadi “Ombus-ombus No.1”.
Ombus-ombus yang berarti meniup, itulah filosofi dibalik nama Ombus-ombus. Dengan tekun dan kerja keras, kedua pasangan suami-istri ini mampu meraup keuntungan yang cukup untuk membiayai kebutuhan rumah tangga mereka hingga dari keduanya dikaruniai 8 anak. Setiap hari hingga bertahun-tahun lamanya, dari subuh hingga maghrib, Anggiat yang dikenal pekerja keras ini terus mengembangkan usahanya. Hingga suatu ketika, ia mendapat kado dari pihak mertuanya untuk membangun sebuah gubuk dagangannya di depan Terminal Mini Siborong-borong. Perjuangan keras hidupnya itu tak berakhir sia-sia, tiga anaknya berhasil masuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sementara yang lainnya berwiraswasta.
Kini Ombus-ombus No. 1 diteruskan oleh generasi Angiat yaitu anaknya, Walben Siahaan. Walau kini berbagai jenis jajanan modern muncul diperjualbelikan terutama di pasar-pasar atau pinggiran jalan Siborong-borong, Walben Siahaan anak kandung Anggiat Siahaan ini tetap memertahankan usaha yang dirintis oleh almarhum orangtuanya.
Walben yang kini menjadi Kepala Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborong-borong tidak mau kalah dengan almarhum orangtuanya. Walben membuka sebuah perusahaan jasa angkutan umum berbentuk persekutuan komanditer yang diberi nama CV Ombus-ombus.
Apa yang membuat Walben Siahaan untuk tetap memertahankan nama Ombus-ombus. No.1? Tidak mudah baginya melupakan perjuangan kedua orang tuanya dalam memasarkan Ombus-ombus, tidak kenal lelah, panas dan hujan tetap berdagang demi meraup keuntungan agar semua kebutuhan anaknya terpenuhi. Berkat perjuangan keras sang ayah, ia pun bisa menikmati harta peninggalan orangtuanya. Sebuah gedung bertingkat yang kini ditempatinya, hasil peninggalan Almarhum kedua orangtuanya. Letaknya di Jalan Sisingamangaraja atau persis di dekat terminal mini Siborong-borong. Semenjak bangunan itu permanen, pembeli yang datang ke rumahnya semakin ramai. Semua kalangan datang, bahkan masyarakat yang melintas dari Siborong-borong ini sengaja singgah untuk membeli oleh-oleh Ombus-ombus No.1, bahkan untuk acara-acara besar pun sering dipesan secara khusus.
Di tengah usaha kerja keras Walben Siahaan untuk mengusahakan jualan lepat ini, sang istrinya Besinna boru Togatorop bahkan disokongnya untuk menjadi calon anggota DPRD Tapanuli Utara periode 2009/ 2014 dari Daerah Pemilihan (Dapil 2).
Berawal dari sebuah Lappet yang diperjuangkan oleh sang ayah, kini kehidupan anak-anaknya sejahtera. Kegigihannya dalam menciptakan makanan untuk diperjualbelikan bukan hanya diklaim sebagai jajanan khas Batak namun sudah sangat menginspirasi banyak orang yang akan membaca kisahnya ini. Kini para generasi Anggiat Siahaan tetap akan memegang nama Ombus-ombus yang akan dikembangkan menjadi beragam usaha.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon