-->

Minggu, 12 Maret 2017

Tari Huda-Huda, Tarian Pelipur Lara Khas Masyarakat Simalungun

author photo

Tamoranews.com - Kematian selalu identik dengan perasaan sedih yang mendalam saat ditinggal oleh orang-orang dekat yang sangat disayang. Tak sedikit pula orang yang terjerumus kepada kesedihan mendalam yang mengakibatkan terganggunya jiwa seseorang.

Oleh karena itu, masyarakat tua di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara menciptakan tarian huda-huda, sebuah tarian yang hanya dipertontonkan saat ada kematian. Tarian ini bertujuan untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan sekaligus untuk para pelayat.

Tarian ini pertama kali muncul ketika anak tunggal dari sebuah keluarga kerajaan wafat. Seorang permaisuri yang merupakan ibu dari anak tersebut mengalami kesedihan yang berkelanjutan.

Kesedihan sang permaisuri dianggap sangat berlebihan, bahkan dia tak rela anaknya dimakamkan. Semakin lama, perasaan sang permaisuri tidak pernah berubah dan tetap saja murung.

Lambat laun kejadian ini sampai ke telinga para rakyat kerajaan tersebut. Mereka memutuskan untuk melakukan sesuatu agar sang permaisuri terhibur dan kembali ceria seperti sedia kala.

Kemudian parpongkalan nabon atau sekelompok orang yang sering berkumpul pada suatu pertemuan kemudian menciptakan bermacam-macam gerakan lucu yang lalu menutup mukanya dengan paruh burung enggang. Selain itu, mereka pun membuat topeng seperti monyet.

Untuk mengiringi gerakan tersebut, beberapa orang menambahkan bunyi-bunyian yang memiliki nada yang cukup mudah diikuti. Mereka kemudian menampilkan tarian tersebut di depan istana.

Karena mendengar keramaian yang telah ada di halaman istana, permaisuri ternyata juga ikut senang dan sangat menikmati pertunjukkan tersebut. Rasa sedih berlebihnya pun lambat laun menghilang digantikan dengan senyum di wajahnya.

Di kesempatan inilah, raja akhirnya dapat memberi perintah untuk segera memakamkan anaknya. Sejak saat itu, pertunjukan tari topeng atau huda-huda mulai ditampilkan jika ada keluarga sedang mengalami kedukaan.

Namun sayang, tarian ini semakin memudar di kalangan masyarakat Simalungun. Oleh karena itu, untuk mengembalikan kebudayaan luhur ini, tarian itersebut tak jarang ditampilkan pada acara-acara besar.

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post