Briptu Norman Kamaru mengajukan surat permohonan pengunduran diri dari institusi Polri yang telah membesarkan namanya. Kini Briptu Norman memutuskan dunia hiburan sebagai profesinya.
Pengamat kepolisian dari Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai, keputusan Norman tersebut bukan tanpa pertimbangan.
"Norman mau keluar mungkin dia merasa dizholimi. Dia kan dua kali ditangkap," ujar Neta di Jakarta, Minggu, 18 September 2011.
Neta beranggapan Norman adalah korban dari kecemburuan institusinya. Dia pun berharap Polri dapat mencegah Norman keluar dari korps Bhayangkara.
"Lebih baik Polri memecat ratusan polisi lainnya --tak berkinerja bagus-- yang saat ini bercokol di kepolisian daripada membiarkan Norman keluar," katanya.
Diungkapkan oleh Neta, Polri akan merugi jika mengizinkan atau tidak mencegah Briptu Norman Kamaru mengundurkan diri sebagai anggota kepolisian. Mereka akan kehilangan ikon yang bisa mengubah citra negatif di masyarakat.
"Ini kerugian besar bagi polisi. Karena selama ini Norman sudah berhasil membawa warna baru bagi polisi. Selama ini, masyarakat kan kecewa dengan polisi. Dengan kemunculan Norman di televisi, masyarakat melihat ada polisi yang lain yang baik, yang bisa menghibur masyarakat," ucapnya.
Menurut Neta, Norman seharusnya dapat dijadikan Polri sebagai ikon pendekatan diri kepada masyarakat. Melalui Norman, Polri dapat menunjukkan diri bahwa mereka juga memiliki sifat humanis.
"Seharusnya Polri melihat ini dan bisa memindahkan Norman ke pos yang pas. Jangan di Brimob. Bisa dipindahkan ke Humas, atau ke Banbinkamtibmas. Lebih baik lagi kalau dia ditarik ke Jakarta supaya bisa mengatur waktu dengan tugas barunya sebagai ikon Polri," tuturnya. (art)
Pengamat kepolisian dari Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai, keputusan Norman tersebut bukan tanpa pertimbangan.
"Norman mau keluar mungkin dia merasa dizholimi. Dia kan dua kali ditangkap," ujar Neta di Jakarta, Minggu, 18 September 2011.
Neta beranggapan Norman adalah korban dari kecemburuan institusinya. Dia pun berharap Polri dapat mencegah Norman keluar dari korps Bhayangkara.
"Lebih baik Polri memecat ratusan polisi lainnya --tak berkinerja bagus-- yang saat ini bercokol di kepolisian daripada membiarkan Norman keluar," katanya.
Diungkapkan oleh Neta, Polri akan merugi jika mengizinkan atau tidak mencegah Briptu Norman Kamaru mengundurkan diri sebagai anggota kepolisian. Mereka akan kehilangan ikon yang bisa mengubah citra negatif di masyarakat.
"Ini kerugian besar bagi polisi. Karena selama ini Norman sudah berhasil membawa warna baru bagi polisi. Selama ini, masyarakat kan kecewa dengan polisi. Dengan kemunculan Norman di televisi, masyarakat melihat ada polisi yang lain yang baik, yang bisa menghibur masyarakat," ucapnya.
Menurut Neta, Norman seharusnya dapat dijadikan Polri sebagai ikon pendekatan diri kepada masyarakat. Melalui Norman, Polri dapat menunjukkan diri bahwa mereka juga memiliki sifat humanis.
"Seharusnya Polri melihat ini dan bisa memindahkan Norman ke pos yang pas. Jangan di Brimob. Bisa dipindahkan ke Humas, atau ke Banbinkamtibmas. Lebih baik lagi kalau dia ditarik ke Jakarta supaya bisa mengatur waktu dengan tugas barunya sebagai ikon Polri," tuturnya. (art)
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon