-->

Jumat, 19 Oktober 2012

Seks Bebas pada Remaja? Bisa Jadi Pelakunya Tak Kompak dengan Sang Ayah

author photo

Orangtua memainkan peranan penting dalam pembentukan karakter dan perilaku anak, bahkan proses ini tak berhenti sampai si anak mencapai usia remaja hingga dewasa. Itulah mengapa dekat tidaknya hubungan orangtua dengan anaknya berpengaruh besar terhadap perilaku si anak.

Secara khusus, sebuah review studi terbaru memaparkan bahwa ayah memainkan peranan yang cukup besar dalam menentukan perilaku anak, kendati interaksi ayah dengan anak tak sebanyak ibu dan anak. Hal ini juga berlaku dalam menentukan perilaku seksual anak, terutama yang telah menginjak usia remaja.



Temuan ini dirasa penting karena menurut survei yang digelar oleh Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 2011, 47 persen siswa sekolah menengah di AS telah melakukan hubungan seksual dan 40 persen di antaranya tergolong aktif, bahkan mereka mengaku tak menggunakan kondom saat terakhir kali bercinta.

Dalam review studi terbaru ini, Vincent Guilamo-Ramos, profesor di bidang pekerjaan sosial dari New York University dan rekan-rekannya mengamati 13 studi tentang pengaruh orangtua terhadap perilaku remaja 11-18 tahun. Peneliti tak hanya mempertimbangkan peran ayah kandung, tapi juga peran ayah tiri, ayah angkat hingga pria lain dalam keluarga seperti paman atau kakek yang berkontribusi penting dalam kehidupan si remaja.

Dari situ peneliti menemukan hanya sedikit studi yang menekankan bahwa remaja yang ayahnya terlalu ketat atau terlalu longgar dalam mendidik anaknya justru berisiko melakukan hubungan seksual lebih awal ketimbang remaja yang ayahnya tak begitu ketat ataupun longgar.

Dengan kata lain, remaja yang dekat dengan ayahnya cenderung menunda aktivitas seksualnya.

"Ayah yang tak cukup ketat ataupun longgar adalah mereka yang punya peraturan jelas namun bersedia menyepakati sejumlah konsekuensi yang telah didiskusikan dengan anak-anaknya," terang Guilamo-Ramos.

Dalam hal ini, remaja harus memahami ekspektasi dari ayahnya dan mengetahui konsekuensi yang bisa mereka peroleh ketika melanggar peraturan yang ditetapkan oleh sang ayah.

Tapi ayah juga harus membiarkan si anak membuat keputusannya sendiri sekaligus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mendiskusikan keputusan si anak termasuk meminta masukan dari anaknya ketika membuat suatu peraturan atau keputusan baru, tambahnya.

Menurut Guilamo-Ramos, saat memasuki masa remaja, seorang anak akan cenderung melakukan hal-hal berisiko padahal jika dikaitkan dengan aktivitas seksual, tindakan berisiko ini bisa jadi buruk bagi kesehatannya, misalnya menyebabkan munculnya infeksi menular seksual atau kehamilan yang tidak diinginkan.

"Itulah mengapa kurangnya fokus ayah terhadap perilaku si anak dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan orangtua untuk meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi remaja," pungkas Guilamo-Ramos seperti dilansir dari myhealthnewsdaily.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics
Next article Next Post
Previous article Previous Post