Kanker prostat merupakan salah satu penyakit yang paling sering menyerang pria, bahkan bisa dikatakan sebagai momok karena dapat mengakibatkan kematian. Namun sebuah studi baru mengungkap bahwa pria berkulit putih dapat menurunkan risiko kanker prostatnya dengan cara rajin berolahraga.
Secara rinci dari studi ini diperoleh fakta bahwa pria kulit putih berusia 60 tahun ke atas yang memiliki tingkat keaktifan fisik sedang dan tinggi berpeluang 53 persen lebih kecil untuk divonis positif saat menjalani tes biopsi kanker prostat, dibandingkan pria yang tak begitu aktif atau sedenter.
Kesimpulan itu diperoleh setelah peneliti mengamati kondisi 307 pria (164 kulit putih dan 143 kulit hitam) yang pernah menjalani biopsi untuk menguji risiko kanker prostat yang dimilikinya. Seluruh partisipan juga menjawab sejumlah pertanyaan yang dirancang untuk mengukur kadar aktivitas fisik partisipan tiap minggunya.
Dari situ diketahui bahwa dari 307 partisipan, 125 pria didiagnosis dengan kanker prostat dan 45 pria di antaranya adalah pria berkulit hitam. Temuan ini juga senada dengan hasil beberapa studi sebelumnya yang menyatakan bahwa olahraga rutin menurunkan risiko kanker prostat, terutama bila dibandingkan dengan tak berolahraga sama sekali.
Bahkan manfaat olahraga terhadap pengurangan risiko kanker prostat pada pria kulit putih pun tetap ada kendati peneliti telah mempertimbangkan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi risiko kanker seperti indeks massa tubuh (BMI) dan riwayat kanker prostat pada keluarga.
Namun peneliti mengaku tak menemukan relevansi yang sama pada pria kulit hitam. Padahal menurut Centers for Disease Control and Prevention, pria kulit hitam berisiko paling tinggi untuk terkena kanker prostat dibanding pria dari ras manapun.
“Kami pun mengakui jika studi lanjutan masih diperlukan untuk mencari tahu mengapa olahraga tak menurunkan risiko kanker prostat pada pria kulit hitam seperti halnya pria kulit putih, meskipun perbedaan genetik atau hormon bisa saja memainkan peranan penting,” tandas peneliti seperti dilansir Livescience.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon