-->

Rabu, 20 Maret 2013

Lelaki “Suka Jajan” Jadi Sumber Infeksi HIV

author photo
Sekitar 3,3 juta laki-laki di Indonesia saat ini menjadi pembeli seks, padahal sebagian besar dari mereka sudah berkeluarga. Oleh karena itu, kunci pengendalian penularan HIV adalah pengendalian perilaku seks berisiko pada laki-laki. Yang dimaksud sebagai perilaku seks berisiko tinggi adalah aktivitas seksual tanpa pengaman (kondom) sehingga rentan terhadap penularan HIV.


“Laki-laki yang membeli seks tersebut hanya 4 persen yang rutin memakai kondom. Jika tidak memakai kondom mereka beresiko tertular dan menularkan HIV pada istri dan akhirnya pada bayi jika istrinya hamil,” kata dr.Fonny J Silfanus, deputi program Komisi Penanggulangan AIDS Nasional di Jakarta, Kamis (28/2/13).

Program pencegahan HIV melalui transimisi seksual saat ini menjadi salah fokus, terutama pada lelaki beresiko tinggi yang menjadi pembeli seks. “Jika dulu fokusnya pada para pekerja seks di lokalisasi, sekarang bergeser pada laki-laki beresiko tinggi atau para pelanggannya,” katanya.

Mereka yang tergolong lelaki berisiko tinggi adalah mereka yang aktif secara seksual, memiliki uang, mobilitas tinggi, berada jauh dari keluarga, atau memiliki pasangan seks lebih dari satu orang. Misalnya saja, pekerja pertambangan, perkebunan, pelaut, sopir, atau polisi dan militer.

Menurut Fonny, terjadi peningkatan penularan HIV pada pria berisiko tinggi sampai 7 kali lipat. Yakni dari 0,1 persen pada tahun 2007 menjadi 0,7 persen pada tahun 2011. Sementara pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki, angkanya mengalami kenaikan dua kali lipat dari 5,3 persen menjadi 12,4 persen.

Fonny menjelaskan penggunaan kondom menjadi kunci untuk memutus rantai penularan. “Peningkatan kesadaran pada laki-laki sangat penting karena keputusan untuk memakai kondom masih dipegang pihak pria,” katanya.

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post