Pernikahan ternyata bukan hanya sebuah bentuk ikatan antara dua orang yang saling mencintai. Apabila dibina dengan baik, pernikahan dapat membawa dampak yang baik khususnya untuk mereka yang memiliki pasangannya dengan kanker prostat.
Dalam sebuah penelitian terbaru ditemukan bahwa 40 persen pria menikah yang terkena kanker prostat memiliki kemungkinan lebih sedikit untuk meninggal akibat penyakit ini dibandingkan mereka yang masih lajang. Sebuah pernikahan yang bahagia tampaknya memiliki efek perlindungan yang kuat terhadap kerusakan yang disebabkan oleh tumor.
Dikutip dari Dailymail, Senin (29/4/2013), masih belum jelas mengapa ikatan perkawinan mendukung prospek untuk bertahan hidup. Tetapi, satu teori yang ada mengatakan bahwa orang-orang yang bercerai atau duda lebih berisiko terkena penyakit ini, ini disebabkan karena efek stres yang merusak tubuh mereka.
Hal ini juga yang mungkin menyebabkan pria yang telah menikah lebih mungkin untuk mendapat bantuan medis pada gejala awal karena adanya dorongan dari istri mereka. Hasil studi yang dipublikasikan dalam edisi terbaru Journal of Urology di Kanada mendukung temuan dari penelitian sebelumnya yang serupa yang juga menunjukkan manfaat kesehatan dari hubungan pernikahan yang stabil.
Pada tahun 2011, sebuah studi internasional yang melibatkan 163.000 relawan menemukan pria yang belum menikah dan mengidap kanker prostat 30 persen lebih mungkin untuk meninggal akibat penyakit mereka daripada rekan-rekan mereka yang menikah. Pria menikah juga memiliki perkembangan yang lambat pada kanker prostat sudah ditangani lebih cepat.
Di Inggris, hampir 32.000 kasus kanker prostat didiagnosis setiap tahun dan 10.000 orang meninggal karena hal itu. Hal itu berarti setara dengan lebih dari satu orang meninggal tiap jamnya.
Risiko terhadap penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia. Pria di atas 50 tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk perkembangan tumor, apalagi jika terdapat unsur genetik yang kuat untuk itu.
Untuk melihat apakah status pernikahan memiliki dampak yang signifikan pada tingkat kematian, para ahli di Mayo Clinic di Phoenix, Arizona, mempelajari hampir 116.000 orang sepanjang tahun 1988 hingga 2003 untuk melihat berapa banyak penderita menderita kanker prostat selama periode itu.
Ketika mereka mendapatkan kecocokan antara hasil dengan data pada status perkawinan, mereka menemukan pria menikah lebih mungkin untuk datang menemui dokter mereka dengan tumor tingkat bawah dan kemajuan yang rendah. Dalam hal angka kematian, mereka menemukan 40 persen pria yang belum menikah memiliki kemungkinan lebih besar berakhir pada kematian akibat penyakit ini.
Lima tahun setelah memberikan diagnosis, para peneliti menemukan, 89 persen pria menikah masih hidup, dibandingkan dengan hanya 80 persen dari mereka yang belum menikah. Dalam sebuah laporan tentang temuan mereka para peneliti mengatakan laki-laki yang belum menikah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat kanker prostat.
Lebih spesifik lagi, hal ini dibandingkan pada pria menikah dari usia yang sama, kegemaran, stadium tumor dan grade.
Kanker bukanlah satu-satunya hal dimana pernikahan ternyata sangat memberi keuntungan. Sebuah studi 2010 di Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Amerika Serikat, juga menemukan yang penikahan yang bahagia dapat membantu untuk menangkal penderitaan pada penyakit arthritis.
Pada pasien yang pernikahannya bahagiahanya sedikit yang melaporkan mengenai nyeri sendi dibanding mereka yang singel atau pernikahannya kurang bahagia. Ini disebabkan oleh stabilitas emosional mereka yang memiliki efek sebagai penghilang rasa sakit.
Namun, diagnosis dini sangat penting dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan prospek kehidupan.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon