Selama ini suplemen testosteron disebut-sebut sebagai salah satu 'obat mujarab' untuk mengatasi libido pria yang rendah. Tapi sebuah studi baru dari AS menemukan fakta bahwa mengonsumsi suplemen ini justru menurunkan peluang seseorang untuk memiliki keturunan.
Penggunaan suplemen testosteron atau 'T' di Amerika sendiri meningkat tajam dan sejumlah pengamat menduga jumlah penggunanya akan tetap tinggi mengingat semakin banyak pria yang melihat suplemen ini mampu mengatasi kelelahan dan gairah seks yang menurun.
"Makin banyak pria yang datang ke klinik untuk meminta suplemen ini karena mereka melihatnya di iklan-iklan, bahkan tampaknya ini dapat membuat mereka awat muda karena bisa mengurangi lemak sekaligus membuat mereka tampak lebih seksi," komentar Dr. Bradley Anawalt, dokter spesialis endokrinologi dan kepala layanan kesehatan di University of Washington Medical Center, Seattle yang tidak terlibat dalam studi ini.
Kemudian peneliti menganalisis rekam medis lebih dari 1.500 pria dengan usia rata-rata 35 tahun yang menjadi pasien kesuburan di dua klinik di Alabama dan Kansas antara tahun 2005-2011. Dari situ diketahui sebanyak tujuh persen pasien diberi resep suplemen testosteron oleh tim dokter.
Namun peneliti memfokuskan pengamatannya terhadap 34 pria yang sepakat untuk berhenti menggunakan suplemen tersebut. Secara keseluruhan, jumlah sperma ke-34 pria ini memang naik. Konsentrasi sperma rata-ratanya bertambah dari 1,8 juta per mililiter menjadi 34 juta per mililiter setelah suplemennya tak lagi dikonsumsi.
Hanya saja terjadi pengecualian pada enam pasien (dari 34 pasien) karena jumlah spermanya tidak kembali seperti semula.
"Studi ini memperlihatkan bahwa testosterone justru menimbulkan masalah bagi banyak pria yang ingin mempunyai keturunan. Di sisi lain ini bisa jadi petunjuk adanya penyebab kemandulan yang dapat dicegah," terang peneliti Dr. Peter Kolettis, profesor urologi dari University of Alabama, Birmingham seperti dilansir Everydayhealth, Selasa (14/5/2013).
"Sebenarnya menambahkan testosterone ke dalam tubuh lewat suplemen akan mendorong mekanisme yang dapat menghambat produksi sperma. Jadi pria yang tengah berjuang dengan kesuburannya tidak seharusnya mengonsumsi testosterone. Tapi hal ini bukanlah sesuatu yang dipikirkan oleh kebanyakan dokter atau pasien," timpal Anawalt.
Lagipula suplemen testosterone dapat menimbulkan efek samping seperti tumbuhnya buah dada pada pria dan pembekuan darah. "Belum lagi sangat sedikit dokter yang memberikan peringatan bahwa suplemen ini dapat mematikan produksi sperma pasien. Padahal butuh waktu satu sampai enam bulan agar jumlah sperma pria bisa pulih sedia kala setelah berhenti menggunakan suplemen testosteron," tambahnya.
Untuk itu, sebagai bentuk antisipasi, Kolettis dan rekan-rekannya menyarankan agar pria-pria tertentu sebaiknya menghindari konsumsi suplemen ini, terutama sampai akhirnya mereka bisa memiliki keturunannya sendiri secara biologis.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon