Habib Munzir Almusawa adalah salah satu ulama yang kharismatik. Setidaknya hal itu membekas dalam benak dan ingatan jamaahnya di Majelis Rasulullah, majelis pengajian yang didirikannya.
Sebagai contoh, tiap pengajian dan majelis yang dihadirinya selalu ramai didatangi jamaah dari berbagi penjuru Jakarta dan sekitarnya. Bahkan pengajian yang rutin digelar tiap Senin malam di Masjid Al Munawar, Pancoran tak sanggup menanggung jamaah yang hadir hingga meluber sampai trotoar dan badan Jalan Raya Pasar Minggu dan tak jarang membuat macet.
Berita meninggalnya Habib Munzir pada Minggu (15/9) kemarin, membuat pengikutnya merasa kehilangan akan sosoknya. Seketika itu juga pelayat mengalir deras ke rumahnya di Pangadegan, Liga Mas, Pancoran dari sore hingga dini hari. Demikian juga saat dimakamkan, ribuan jamaah mengantarkannya ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Kalibata, Jakarta Selatan.
Dalam sambutan Presiden SBY saat melayat di rumah duka pada Senin (16/9) mengatakan, sosok Habib Munzir adalah sosok ulama muda yang arif dalam hidupnya. "Pandangannya teduh dan jernih. Nasihatnya sesuai dengan kebutuhan, tutur katanya santun, dan sikap-sikap terpuji lainnya," kata Presiden SBY.
Jamaah dari berbagai kalangan juga memiliki kesan tersendiri terhadap Habib Munzir. Berikut keistimewaan dari penjelasan jamaahnya yang hadir mengantar ke tempat peristirahatannya pada Senin (16/9).
1. Pembaharu majelis pengajian di Jakarta
Menurut Anto (38), salah satu jemaah Majelis Rasulullah yang tinggal di Otista Jakarta Timur, Habib Munzir dengan Majelis Rasulullah adalah tren setter majelis pengajian yang ada DKI Jakarta. Keberadaannya langsung mencuat saat didirikan pada 1998 dan langsung memiliki banyak jamaah dari berbagai wilayah di Jabodetabek.
Bagi Anto, Majelis Rasulullah bisa menjadi magnet bagi muslim di Jakarta dan warga yang berada di pinggir Jakarta. Setelah kesuksesan Majelis Rasulullah, majelis-majelis yang lain dengan bebagai nama kian banyak bermunculan dengan berbagai atribut.
Namun tetap saja, beliau menyebut, semua majelis pengajian adalah majelis Rasulullah. Majelis yang selalu membicarakan bagaimana mencintai Allah dan rasulnya. Bahkan beliau tidak menganggap majelis baru sebagai pesaingnya, apalagi menyerangnya. Justru kadang dalam acara-acara tertentu Habib Munzur malah menggandengnya dalam satu acara, kata Anto kepada merdeka.com di pelataran masjid At-Taubah yang satu komplek dengan pemakaman, Senin (16/9).
2. Ceramahnya menenangkan hati
Sejak didirikan, Majelis Rasulullah dalam setiap pengajiannya mampu menggaet menggaet semua kalangan. Mulai dari bujangan hingga orang yang berkeluarga. Dengan mampu menggabungkan semua golongan dalam satu Majelis Rasulullah dan Habib Munzir kian diminati dalam ceramah-ceramahnya.
Anto (38), anggota Majelis Rasulullah yang tinggal di kawasan Otto Iskandardinata (Otista), Jakarta Timur ini mengatakan, anak muda mau menghadiri pengajian di Jakarta itu luar biasa. Menurut Anto, dulu tidak banyak yang mampu memikat anak muda untuk menghadiri sebuah majelis taklim.
Ceramah-ceramahnya bisa menenangkan hati jemaah yang mendengarkan. Anjuran ajarannya lintas kalangan, dari yang bujangan hingga yang sudah berkeluarga, karena isi ceramahnya lebih banyak pada solusi-solusi persoalan hidup, kata Anto kepada merdeka.com di pelataran masjid At-Taubah yang satu komplek dengan pemakaman, Senin (16/9).
3. Ceramah yang membumi
Menurut Ahmad, 33 tahun, salah satu jamaah Majelis Rasulullah dari Kebon Jeruk mengatakan ceramah-ceramah Habib Munzir banyak menjelaskan seputar salat lima waktu, salat sunat, dan ajaran-ajaran agama yang dianggap sepele tapi banyak diabaikan oleh penganutnya.
Dalam penjelasan Ahmad, banyak muslim melihat salat sebagai hal sepele, tapi banyak yang abai. Menurutnya Ahmad, Habib Munzir selalu mengulang akan pentingnya dan manfaat salat dalam setiap mengisi ceramah yang dihadirinya.
Cara penyampaian ceramahnya banyak melalui kisah-kisah nabi dan kisah para sahabat akan kelebihan salat dan yang lainnya. Selain itu, beliau selalu taat pada koridor Al-Quran dan hadist yang digunakan shahih. Beliau sangat ketat dalam dua hal itu, kata Ahmad saat ditemui merdeka.com di depan kediaman Habib Munzir di Liga Mas, Pancoran pada Senin (15/9).
4. Anjuran mencintai nabi dan mengikuti ajarannya
Rapalan selawat nabi oleh jamaah terus menggema dari awal hingga akhir pengajian dalam Majelis Rasulullah. Bermula dari lantunan selawat yang enak didengar, dilanjutkan dengan anjuran untuk mengikuti perilaku Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan.
Itu pandangan Ahmad, seorang jamaah Majelis Rasulullah dari Kebon Jeruk akan makna selawat nabi. Bagi Ahmad, Habib Munzir mengemas salawat dengan nada yang enak didengar dan menggugah saat dirafalkan. Selain itu, bacaan salawat tak hanya berhenti pada tataran lafalan saja, juga pada anjuran pelaksanaannya.
Mana mungkin bisa mencintai Allah kalau tidak mencintai Nabi, ujar Ahmad kepada merdeka.com pada Senin (16/9) di Kawasan Liga Mas, Pancoran.
5. Rendah hati
Menurut Ahmad, tak banyak ulama saat ini yang berani menganjurkan jamaahnya jangan kelewat fanatik atau menokohkan, pilih-pilih penceramah dalam mengikuti majelis pengajian. Lebih-lebih dengan adanya tarif tinggi yang dipasang oleh penceramah oleh orang yang mengundangnya.
Menurut Ahmad, justru dengan selalu mengatakan tidak terlalu menokohkan seseorang adalah bentuk kerendahan hati Habib Munzir. Bagi Ahmad, justru sikap demikian hanya dimiliki orang-orang yang tawaddu' dan tak takut popularitasnya tergerus oleh penceramah-penceramah baru yang terus bermunculan dengan berbagai nama mejelis dan perkumpulan.
Setiap pengajian Habib Munzir selalu berpesan, jangan kelewat menokohkan seseorang dan jangan terpaku hanya pada satu sosok, 'tetap datang ke pangajian, meski saya tidak bisa hadir', kata Ahmad menirukan perkataan Habib Munzir sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon