Tamoranews.com - Pernahkah Anda dilarang melakukan sesuatu kegiatan karena hal tersebut bertentangan dengan adat Jawa? Jika ya, itu bukanlah sebuah unsur ketidaksengajaan, melainkan memang sudah ada aturannnya sejak zaman leluhur jawa.
Jadi tidak heran, setiap orang Jawa yang 'njawani' selalu menahan diri sebelum melangkah atau melakukan kegiatan. Sebab banyak pantangan-pantangan orang Jawa yang menjadi aturan terhadap beragam hal. Lalu mengapa orang Jawa punya banyak pantangan?
Pantangan atau syirikan bagi orang Jawa mempunyai tujuan di baliknya. Seorang tokoh Jawa Timur, Samini menjelaskan pantangan merupakan aturan tidak tertulis tetapi dipegang kuat oleh orang-orang Jawa.
Pantangan tersebut bertujuan agar anak-anak dan keluarganya menjunjung tinggi etika atau sopan santun. Pantangan umumnya diungkapkan dengan tambahan kata 'ora elok' (tidak bagus). Hal ini tidak dijelaskan secara detail, apalagi sudah merupakan tradisi budaya yang turun temurun.
Ada banyak sekali pantangan atau syirikan bagi orang Jawa. Seperti tidak boleh duduk di depan pintu, tidak boleh duduk di atas bantal, makan tidak boleh bersisa, tidak boleh menggelar hajatan di bulan puasa.
Menurut Samini, terdapat pesan moral dalam pantangan-pantangan tersebut. Apalagi orang Jawa identik dengan senepan atau ibarat bila ada hal yang dimaksud tidak langsung pada pokok dan inti permasalannya.
Seperti halnya orang hamil, dalam adat Jawa ada istilah ngapati (3 bulan 10 hari atau empat bulan), tingkepan 6 bulan menuju 7 bulan. Ada juga istilah mitoni, 7 bulan setelah bayi lahir diadakan selamatan dan dimandikan di sungai.
"Dimandiin di kali (sungai), enggak boleh di rumah supaya jadi anak yang kuat. Tidak kena sawan, orang Jawa banyak syirikannya karena saking hati-hatinya," ucap dia.
Pantangan umum
Menurut Samini, banyak tradisi orang Jawa sudah diketahui oleh masyarakat. Misalnya orang Jawa juga disebut memiliki pantangan nikah dengan orang Suku Sunda. Alasannya orang Sunda tidak njawani atau tidak paham dengan tradisi orang Jawa. Ia mempunyai pengalaman ada orang Sunda yang menikah dengan orang Jawa, alhasil hubungan keluarga si orang Jawa jadi merenggang.
Dalam buku primbon, bulan yang baik untuk hajatan nikah di antaranya Bulan Besar yang mengandung arti akan kaya dan mendapat kebahagiaan. Bulan Ruwah mengandung maksud selamat dan selalu damai.
Rejeb berarti selamat serta banyak anak. Jumadilakhir artinya kaya akan harta benda. Bulan-bulan di atas sangat disarankan untuk punya gawe atau pekerjaan.
Sedangkan bulan yang boleh dilanggar karena sesuatu hal di antaranya adalah Bulan Sapar walau akan kekurangan dan banyak utang. Bulan Rabiul Akhir walau sering digunjingkan dan dicaci maki. Bulan Jumadilawal walau sering tertipu, kehilangan dan banyak musuh. Selain itu bulan Sawal meski kekurangan dan banyak utang.
Adapun bulan-bulan pantangan yang tidak disarankan untuk orang punya pekerjaan di antaranya Bulan Suro. Di bulan Suro ini konon kalau dilanggar akan mendapat kesukaran dan selalu bertengkar.
Bulan Rabiul awal juga pantangan. Bulan puasa atau Ramadhan juga pantangan karena akan berakibat akan mendapatkan kecelakaan. Terakhir bulan pantangan adalah Dzul Qoidah kalau dijalankan akan berakibat sering sakit dan bertengkar dengan teman
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon