Tamoranews.com - Umat Hindu di Bali merayakan Nyepi Tahun Baru Saka 1939 yang jatuh pada 28 Maret 2017. Perayaan Nyepi ini dipercaya merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup.
Pada Hari Nyepi biasanya umat yang merayakan justru banyak berdiam diri dan tidak melakukan aktivitas seperti biasa. Nyepi dilaksanakan sebagai bentuk pengkoreksian diri dalam menyambut Tahun Baru Saka.
Meski umat yang merayakan tidak melaksanakan aktivitas seperti biasa, namun seperti hari raya keagamaan umat lainnya, pada perayaan hari besar Hindu ini ada kuliner khas yang identik dengan Nyepi. Salah satunya entil.
Dikutip dari laman elinkbalinews.com, entil merupakan makanan tradisional masyarakat Desa Wongaya Gede, Panebel, Kabupaten Tabanan, Bali yang dibuat khusus pada hari raya Nyepi. Makanan ini sejenis ketupat yang dibuat dari beras kemudian dibungkus daun lalu diikat dengan bambu.
Kalau membuat ketupat beras dimasukkan ke dalam kantong yang terbuat dari anyaman janur, sedangkan entil dibungkus dengan 'daun nyelep' atau 'daun talengidi' yaitu sejenis tanaman yang berdaun lebar menyerupai tanaman kunyit.
Ada juga membuat entil dengan bungkusan daun bambu. Konon memasak entil dengan kayu bakar rasanya akan jauh lebih enak. Memasak entil jauh lebih lama dibadingkan membuat ketupat sehingga legit.
Daun talengidi membuat rasa entil lebih enak dan tahan lama dibadingkan makanan sejenis seperti ketupat atau lontong. Menjelang Nyepi, masyarakat di daerah Pupuan atau Desa Wangaya Gede sudah biasa membuat entil karena saat Nyepi umumnya masyarakat melakukan catur brata (amati geni), tidak memasak seperti hari biasanya.
Secara budaya, tradisi membuat entil akan memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang jenis tanaman, keterampilan memasak, kawasan desa, rasa persaudaraan dan beragam tradisi budaya dan Keagamaan. "Orang akan enggan melestarikan (mengkonservasi) tanaman talengidi jika mereka tidak pernah lagi membuat entil".
Saat Nyepi, keluarga besar atau kerabat biasanya berkumpul atau saling mengunjungi lalu bersama-sama makan entil. Entil pun akan terasa lebih enak jika dikonsumsi dalam suasana kekeluargaan. Dengan demikian di Bali, entil bisa dikatakan sebagai 'makanan budaya'.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon