-->

Minggu, 26 Maret 2017

Mengulik Sejarah Asal Sate di Indonesia

author photo

Tamoranews.com - Selain nasi goreng, sajian sate cukup digemari wisatawan luar negeri ketika bertandang ke Indonesia. Rasa ayam dan kambing yang gurih, dipadukan dengan saus kacang serta kecap, cita rasa sate sangat disukai banyak orang. Lalu dari manakah kuliner nikmat yang satu ini?

Seorang penulis kuliner Jennifer Brennan pada tahun 1988 mengatakan: "Meski Thailand dan Malaysia menganggap hidangan ini adalah milik mereka, namun tanah air sate yang sesungguhnya adalah Jawa, Indonesia. Di sini sate dikembangkan dari adaptasi kebab India yang dibawa oleh pedagang Muslim ke Tanah Jawa. Bahkan India tidak bisa mengakuinya sebagai asal mula sate karena hidangan ini banyak dipengaruhi oleh budaya Timur Tengah."

Ada kisah yang menyebutkan bahwa konon pengadopsi masakan kebab itu adalah santri Sunan Gresik bernama Satah. Ia memotong daging kecil-kecil kemudian agar mudah dibakar ia menusuknya dengan batang bambu.

Tidak disangka masyarakat sangat menyukai masakan yang dibuat oleh Satah hingga menyebutnya dengan daging Satah. Lama kelamaan, sebutan makanan ini berubah pelafalannya menjadi sate. Namun belum ada literatur yang mengupas mendalam mengenai perubahan ejaan ini.

Lalu asal-usul sate yang cukup sahih adalah pada abad ke-19. Saat itu, sate di Indonesia mulai dikenal khususnya di Pulau Jawa dan menjadi menu yang paling populer di sini. Kepopuleran ini bersamaan dengan masuknya kebab, olahan daging kambing dari India, yang dibawa oleh pedagang Muslim Tamil dan Gujarat ke Indonesia.

Dulu, masyarakat Jawa lebih sering menyajikan daging dengan cara direbus. Nah, lantas dari perkenalan dengan kebab tersebut, masyarakat pun makin suka makan daging sapi dan kambing dengan cara dibakar atau dipanggang. Kata 'sate' sendiri diduga berasal dari bahasa Tamil, catai, yang artinya daging.

Dari Jawa, seiring berjalannya waktu, satepun berekspansi ke seluruh pelosok Nusantara. Maka tak heran kalau hampir di setiap daerah di Indonesia ada sate yang khas seperti sate padang, sate Madura, sate lembut dari Betawi, sate pusut dari Lombok, dan lain-lain.

Menurut Peta Kuliner Nusantara yang disusun oleh Bandung Fe Insitute, setidaknya ada 60 ragam sate dari seluruh pelosok nusantara. Tak hanya di sini, sate juga nyatanya menyebar dari Selat Malaka hingga negara Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Penyebaran ini dilakukan oleh para perantau dari Jawa dan Madura yang berdagang sate di sana. Di akhir abad ke-19 sate mulai masuk ke Afrika Selatan. Masyarakat di sana lantas mengenalnya dengan sebutan sosatie.

Sumber lain menyebut, sate berasal dari istilah Minnan, Tionghoa, yakni sa tae bak yang artinya tiga potong daging.

Namun, 'klaim' ini masih menuai ketidaksetujuan karena pada kenyataannya daging yang ditusukkan pada tusuk sate berjumlah empat. Konon, empat menjadi angka simbol keberuntungan bagi kepercayaan orang-orang Tionghoa.

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post