Ketidakmampuan untuk melakukan ereksi atau mempertahankan ereksi disebut sebagai disfungsi ereksi (DE). Kondisi ini diketahui banyak dialami oleh laki-laki berusia 40-50 tahun ke atas. Namun, risiko munculnya DE bisa dikurangi sejak masih kecil.
"Sedikit terlambat jika sudah dewasa untuk mengurangi risiko DE, apalagi jika kondisi DE-nya sudah parah. Sebenarnya bisa dikurangi risikonya sejak masih kecil," ungkap dr Em Yunir, SpPD, KEMD, ahli endokrin FKUI-RSCM, dalam acara seminar media: Disfungsi Ereksi: 'Mengapa Pria Enggan Membicarakan serta Mengkonsultasikannya ke Dokter Psikogenik', yang diadakan di Hotel Grand Sahid, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (22/5/2013).
Mengurangi risiko tersebut bisa dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, yaitu dibiasakan untuk makan makanan yang sehat dan bergizi seperti sayuran dan buah, serta aktif berolahraga.
Gaya hidup sehat tentu akan memberikan efek yang sehat juga pada anak. Jika orang tua sudah mau membiasakan pola hidup sehat sejak kecil, maka besar kemungkinan anak akan terus mengingatnya hingga ia dewasa.
Mulai juga ajarkan pada anak pentingnya tidak merokok, memilih makanan, dan menjaga porsi makan. Sebab, menurut dr Yunir, kegemukan dan kelebihan kolesterol juga bisa memicu munculnya DE. Ini dikarenakan 2 faktor tersebut memicu penimbunan lemak dan akibatnya akan menyumbat pembuluh darah.
"Selain itu, perhatikan juga tanda-tanda seksual sekunder pada anak. Khususnya anak pre-puber atau berusia sekitar 13-14 tahun," lanjut dr Yunir.
Tanda-tanda seksual sekunder pada anak pre-puber misalnya sudah mulai muncul perubahan suara menjadi lebih berat, tumbuhnya jakun, serta tumbuhnya kumis dan janggut.
Jika saat anak laki-laki sudah berusia melewati 14 tahun namun tanda-tanda tersebut belum muncul, maka patut dicurigai ia mengalami kekurangan hormon testosteron. Segera konsultasikan anak ke dokter jika mengalami gejala tersebut.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon