Tamoranews.com - Tiap hari, sebuah pembobolan atau setidaknya pelanggaran kode etik dengan menerobos keamanan internet selalu terjadi di berbagai belahan dunia. Hal ini terjadi mulai dari sebuah website kecil, hingga website yang dikelola perusahaan besar atau bahkan pemerintah. Enkripsi dengan kesulitan yang luar biasa pun belum tentu jadi penghalang yang kokoh bagi berbagai data penting yang ada di baliknya.
Dengan makin mencuatnya banyak kasus peretasan yang terjadi di dunia dalam satu dekade terakhir, berbagai kasus terkait hacker makin membuat para penyimpan data di dunia maya takut. Bahkan beberapa kasus benar-benar mencolok di antara ribuan yang lainnya.
Dalam satu dekade terakhir, terdapat penyerangan hacker mengerikan seperti Stuxnet yang mampu membuat error sebuah mesin sentrifugal nuklir, hingga kasus peretasan perusahaan film raksasa hingga film terbarunya tak jadi tayang.
Berikut beberapa kasus pembobolan hacker paling mengerikan dalam satu dekade terakhir.
1. Pembobolan Estonia
Pembobolan besar-besaran terjadi di Estonia pada April 2007 silam. Peretasan yang terjadi di berbagai website Pemerintahan Estonia ini membuat beberapa website mati total. Bahkan, para hacker menghapus website dari sang Presiden, para Menteri, dan para anggota parlemen.
Peretasan ini juga terjadi di sektor finansial dan juga situs-situs media di Estonia. Kejadian ini berlangsung dalam 21 hari, di mana Estonia harus menjalani hidup tanpa internet dalam jangka waktu tersebut. Saking masifnya, kejadian ini dijuluki "Web War One," sebuah plesetan dari World War One.
Hal ini terjadi diduga karena Pemerintahan Estonia memutuskan untuk menurunkan sebuah patung dari era Soviet dari ibukota negara di Eropa Utara tersebut, Tallinn.
Estonia menuduh Rusia sebagai otak dibalik kejahatan teknologi ini. Meski ternyata akhirnya diketahui bahwa orang Rusia-lah yang 'memotong' koneksi Estonia dari dunia luar dengan memutus internetnya, ternyata sang hacker tidak disponsori oleh Pemerintah Rusia. Meski demikian, peretasan ini tetap jadi perhatian dunia di mana belum pernah terjadi peretasan sebuah negara yang merusak segala aspek digital dalam satu negara.
Pemerintah Estonia yang sejak awal sudah membuat berbagai aksi untuk melawan hal ini, akhirnya mengalokasikan uang negara secara besar-besaran untuk urusan keamanan cyber di Estonia.
2. Penyerangan situs nuklir Iran oleh Amerika Serikat
Di 2006 silam, Presiden Amerika Serikat saat itu, George W. Bush, sedang geram sekaligus gelisah terhadap upaya Iran dalam memperkaya diri dengan uranium. Negara di Asia Barat tersebut bahkan berencana untuk mengembangkan roket nuklir sendiri.
Karena saat itu Bush sedang sibuk dalam berbagai hal seperti perang Iraq dan agresi militer Amerika Serikat di Timur Tengah yang juga melibatkan Israel, akhirnya Amerika Serikat memberi peringatan terhadap Iran dengan 'senjata' yang tentu lebih canggih dari nuklir, yakni cyber.
Sebuah 'senjata cyber' yang mempunyai kode "Olympic Games" lalu diganti menjadi "Stuxnet" ini dirancang oleh para peneliti keamanan komputer untuk membobol pertahanan nuklir Iran.
Kode tersebut akhirnya bisa masuk ke fasilitas nuklir Iran, bahkan bisa merusak sistem kontrol nuklirnya secara spesifik. Caranya adalah dengan mengatur kecepatan sentrifugal yang menjadi kunci dari pengembangan nuklir tersebut, ketika kecepatannya dipercepat atau diperlambat, lama-kelamaan sistem akan tak terkontrol dan rusak dengan sendirinya. Hal ini terjadi dalam 13 hari setelah peretasan.
Iran sendiri tak pernah mengakui hal ini, di mana kambing hitam kerusakan sistem nuklir tersebut ditujukan ke ilmuwan dan insinyur yang bekerja di proyek tersebut. Hal ini awalnya memang tak disadari oleh Iran karena saking canggihnya peretasan ini, setitik jejak pun sama sekali tak tertinggal. Jangankan Iran. Liam O'Murchu, director dari Symantec menyatakan bahwa hal seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya.
Kisah dari Stuxnet ini pun diabadikan dalam film dokumenter berjudul "Zero Days."
3. Bangkitnya Hacker dari Iran
Mungkin merupakan sebuah ironi yang tajam, di mana sebuah negara dilumpuhkan oleh hacker dan dari negara tersebut juga tumbuh sekelompok peretas yang mengerikan.
Tak lama setelah sistem sentrifugal nuklir Iran dirusak, Iran membangun sebuah pasukan cyber yang didanai Pemerintah Iran secara gila-gilaan hingga mencapai angka 20 Juta Dollar. Beberapa sektor yang dikontrol cyber di Amerika Serikat seperti sektor finansial dan sistem kontrol bendungan, telah diserang oleh kelompok ini. Puncaknya adalah di tahun 2012 silam.
Di bulan Agustus 2012, hacker Iran berhasil membobol perusahaan minyak Arab Saudi milik pemerintah Amerika Serikat, Saudi Aramco. Total 35.000 komputer mati total dalam peristiwa peretasan ini. Penyebabnya sederhana, sebuah email berisi tautan phising diklik oleh salah satu staf IT dari Saudi Aramco. Hal ini menyebabkan semua kontrak dari salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia ini tak berlaku.
Penyerangan yang dibocorkan dalam salah satu dokumen dari Edward Snowden ini, telah menunjukkan kemampuan Iran secara jelas dalam aksi kejahatan cyber. Saat ini, Iran mempunyai pasukan cyber terbesar nomor 4 di dunia, di belakang Rusia, China, dan Amerika Serikat.
4. Pembobolan SONY Entertainment yang diduga dilakukan Korea Utara
Mungkin masih segar di ingatan Anda tentang kasus yang ramai dibicarakan pada akhir 2014 silam, di mana SONY Pictures mengalami peretasan besar-besaran yang salah satu buntutnya adalah tak jadi tayangnya film komedi kontroversial tentang percobaan pembunuhan Presiden Korea Utara Kim Jong-Un, "The Interview."
Dampaknya sebenarnya tak hanya batalnya pemutaran film, namun beberapa hal seperti bocornya email privat, bocornya angka keamanan sosial, bocornya film SONY yang belum dirilis, dan terhapus secara permanennya lebih dari separuh data perusahaan film tersebut. Bahkan, sang pemimpin dari perusahaan tersebut terpaksa turun dari jabatannya setelah sebuah email kontroversial berisi umpatan rasis terhadap Presiden obama dan komentar buruk tentang Angelina Jolie terkuak ke publik.
Uniknya, pihak Pemerintah Amerika Serikat secara mengejutkan langsung menuduh Korea Utara sebagai otak di balik peristiwa ini. Hal ini menorehkan sejarah, di mana ini adalah pertama kalinya Amerika Serikat mengkambinghitamkan negara lain atas sebuah serangan cyber.
Pihak Korea Utara sesegera mungkin membantahnya, dan akhirnya meninggalkan pertanyaan besar bagi warga dunia tentang siapa yang melakukan salah satu kejahatan terbesar via cyber ini.
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon